Jumat, 16 September 2016

Karya Puisiku 222

Manis..
Terlihat cantik ikan itu
Tapi kenapa aku lari dikejarnya?

Ia menjadi tampak menakutkan
Mengerikan seperti bayi iblis
Mata tajam yang mengerjakan
Seakan 3x lipat dari aslinya
Tajam sekali..

Apa yang ia inginkan?
Membuntutiku hingga aku terkencing-kencing
Menghindar dari fisiknya
Menaiki sebuah meja kayu
Dan menjerit meminta pertolongan

Apa arti semua ini?
Aku menggigil dalam ruangh kosong
Tanpa air yang menggenang
Namun ia bisa berenang seakan ter

Karya Puisiku 221

Gagak hitam terbang menembus kabut
Dengan bangkai dipatukannya
Serta lumuran darah berceceran
Menambah bau tak sedap
Mengelilingi ruangan itu

Sorot mata tajam menatapku
Entah itu pertanda apa
Tak bisa ku artikan secepat kilat

Terbangun dalam kesakitan
Memaksakan berjalan
Hingga sampai ditepi sungai
Dan membasuhkannya ke wajahku

Apa yang harus dilakukan
Tak ada guna
Semuanya seakan berakhir
Tapi aku melihat satu cahaya dipintu lain
Disaat jiwaku mulai rapuh

Sorot cahaya apa itu?
Apa akan sama berakhir kecewa
Atau memang benar untuk membangunkanku?
Akan ku tapaki esok hari
Untuk sebuah pembuktian

Karya Puisiku 220

Dan lagi...
Meninggalkanku tanpa pamit
Berjalan menjauhiku

Beberapa saat..
Kau berada dipandanganku
kini pergi lagi

Bisakah kau tinggal disini
Untuk selamanya
Menemani hari
Bersamaku?

Hina memang..
Lampu merah itu menyala diseberang sana
Aku tak bisa berkutik
Dan kau hanya diam sebagai penurut

Tak pernah terpikirkah
Untuk kita berlari bersama
Menggenggam keindahannya?

Namun, kulihat dari senyummu
bertandakan enggan
teriris aku..
dikeheningan malam