Terlagi-lagi digilakan oleh bayang semu
Menangis dengan memori kabut
Tertawa tanpa pikiran yang jelas
Benang semraut terputus dalam tetesan air mata
Terbakar api memori
Mulutpun seakan terbungkam
Tak berkutik sekecil kotoran kuku
Jerit tak bersuara menyanyat rongga
Melupakan sukar lupa
Teringat membuat gila otak
Menusuk seakan ingin memperbaiki
Namun waktu tak mungkin berulang kembali
Malu, menggetirkan diri
Tutup mata
Tak melihat jiwa manusia yang menertawakan
Semakin merapat
Bayang kelam itu mendekati
Takuti semua keberanian yang terkubur
Pembongkaran telah sirna
Bulatan spi kecil menghiasi pecahan kaca
Melukai hati manusia yang tak mengerti rangkaian kalimat