Satu saraf hampir terputus
gila dalam kehidupan
berontak dikeramain
hingga nyaris mati
Satu yang dikejar
merasa tenang dan bebas
layaknya merpati putih
yang hidup dikedamaian
Satu kekerasan itu
membuat nyali semakin kuat
bentakanpun mulai menyelimuti
mengikuti jiwa sang pendendam
Satu surga satu neraka
memilih diantara tebing yang menjulang
menapaki jejak hilang
diujungkematian
Rabu, 13 Mei 2015
Karya Puisiku 54
Roda itu melingkar dan berputar
dimana satu titik ia mengawasi
setiap putarannya
Sama seperti kehidupan
dititik lain bukan kita yang lakukan
namun kita harus melakukan
Apa yang dikerjakan
tatkala hukum dunia didepankan
tapi hati tak sejalan
dengan keinginannya
Mengikuti garis putih yang terputus-putus
meratapi suci yang mulai pudar
hendak kemana arah sungai mengalir
yang harus kulalui sendirian
Diam dalam kebelengguan
beberapa tiitk hitam
yang harus kubuang jauh
demi seseorang diseberang sana
dimana satu titik ia mengawasi
setiap putarannya
Sama seperti kehidupan
dititik lain bukan kita yang lakukan
namun kita harus melakukan
Apa yang dikerjakan
tatkala hukum dunia didepankan
tapi hati tak sejalan
dengan keinginannya
Mengikuti garis putih yang terputus-putus
meratapi suci yang mulai pudar
hendak kemana arah sungai mengalir
yang harus kulalui sendirian
Diam dalam kebelengguan
beberapa tiitk hitam
yang harus kubuang jauh
demi seseorang diseberang sana
Selasa, 12 Mei 2015
Karya Puisiku 53
Baru kurasakan lagi
kehidupan seorang labil
yang mencederai syarafku
hingga tak tersambung dengan benar
Hidup ini abstrak
tak tau didepan itu apa
sampai aku menangis, tertawa
jiwa ini mulai meronta
Keluarkan aku
dalam lingkaran api membara
tak taukah kamu?
aku begitu sudah lelah
inginkan mengangkat tangan
dan bersimpuh lutut didepanmu
Namun kau hanya bisa tertawa
tertawakan diriku
kehidupan seorang labil
yang mencederai syarafku
hingga tak tersambung dengan benar
Hidup ini abstrak
tak tau didepan itu apa
sampai aku menangis, tertawa
jiwa ini mulai meronta
Keluarkan aku
dalam lingkaran api membara
tak taukah kamu?
aku begitu sudah lelah
inginkan mengangkat tangan
dan bersimpuh lutut didepanmu
Namun kau hanya bisa tertawa
tertawakan diriku
Karya Puisiku 52
Jenagh pada keterpurukan
ingini bangkitpun
terhalang materi
apa boleh buat
tak mampu berpijak
Omongannya risih
mematahkan nyali
semaki mencitu
membisu dalam angan hampa
tak mampu berdiri
Kelam, tak bersenandung
semuanya kacau
tidak terkendali
apa mau dikata
tak ada upaya
Hiduppun mulai kikuk
serba salah
mengibaskan bendera putih
mengangkat tinggi-tinggi
aku mundur dan menyerah
ingini bangkitpun
terhalang materi
apa boleh buat
tak mampu berpijak
Omongannya risih
mematahkan nyali
semaki mencitu
membisu dalam angan hampa
tak mampu berdiri
Kelam, tak bersenandung
semuanya kacau
tidak terkendali
apa mau dikata
tak ada upaya
Hiduppun mulai kikuk
serba salah
mengibaskan bendera putih
mengangkat tinggi-tinggi
aku mundur dan menyerah
Karya Puisiku 51
Seperti manusia gila
tak ada kerjaan
diam dan hanya diam
Mencari sesuatu yang dikerjakan
tapi tak memiliki arti
nol besarkah?
Semua berbeda
semua seakan sia-sia
dilereng api yang meletup-letup
Semakin menjerit
lara api yang memanas
namun air surga
selalu membasahi sekujur tubuhku
Sabar iya sabar
memutarkan nada-nada gila
membisu dalam keramaian
pelarian tak kunjung usai
tak ada kerjaan
diam dan hanya diam
Mencari sesuatu yang dikerjakan
tapi tak memiliki arti
nol besarkah?
Semua berbeda
semua seakan sia-sia
dilereng api yang meletup-letup
Semakin menjerit
lara api yang memanas
namun air surga
selalu membasahi sekujur tubuhku
Sabar iya sabar
memutarkan nada-nada gila
membisu dalam keramaian
pelarian tak kunjung usai
Karya Puisiku 50
Kemarin, bodo amat!
sekarang, yasudahlah..
esok?
apa kabar dengan saya?
Terbesit dalam lamunan
mati dalam hening
tak bernafas
tak bernyawa
Jauh dari kerumunan
diabaikan, terhinakan
diam dalam santai
roh hilang tanpa pamit
Nyenyak dalam dosa
dikegelapan nuansa
berayun riang
melupakan problema hidup yang keras
sekarang, yasudahlah..
esok?
apa kabar dengan saya?
Terbesit dalam lamunan
mati dalam hening
tak bernafas
tak bernyawa
Jauh dari kerumunan
diabaikan, terhinakan
diam dalam santai
roh hilang tanpa pamit
Nyenyak dalam dosa
dikegelapan nuansa
berayun riang
melupakan problema hidup yang keras
Karya Puisiku 49
Tidak ada kata ambigu
dalam kehidupan ini
semua telah terencana
tertulis di tembok putih
Hanya saja manusia itu sendiri
tidak yakin dengan hidup
mengeluhkan keadaan
tanpa bersyukur
Ini sungguh realita
percaya atau tidak
tetap harus percaya
ini masih dunia, belum surga
dalam kehidupan ini
semua telah terencana
tertulis di tembok putih
Hanya saja manusia itu sendiri
tidak yakin dengan hidup
mengeluhkan keadaan
tanpa bersyukur
Ini sungguh realita
percaya atau tidak
tetap harus percaya
ini masih dunia, belum surga
Karya Puisiku 48
Kepuasan jiwa
adalah menjalaninya dengan hati
apapun resikonya
Adrenalinpun memuncak
semangat yang membara
meski penuh kekhawatiran
Andai kata ku mati disini
setidaknya
membuat lengkung bibir diwajah bunda
telah kuberikan
Entah apa yang akan terjadi
namun usaha hidupku
terhenti disini
karena lembah hidup yang nyata
telah berada didepanku
Beri aku ketenangan
perubahan jiwaku
membawa penat menjauh
dari hidupku yang baru
adalah menjalaninya dengan hati
apapun resikonya
Adrenalinpun memuncak
semangat yang membara
meski penuh kekhawatiran
Andai kata ku mati disini
setidaknya
membuat lengkung bibir diwajah bunda
telah kuberikan
Entah apa yang akan terjadi
namun usaha hidupku
terhenti disini
karena lembah hidup yang nyata
telah berada didepanku
Beri aku ketenangan
perubahan jiwaku
membawa penat menjauh
dari hidupku yang baru
Karya Puisiku 47
Renungan jiwa digelapnya bumi
terdengar sayup ketukan pensil
suara jelita berlari memutar
mengabaikan..
Lirih, dalam pangkuan misteri
isak tangis tak kunjung henti
mendengarkan
mengabaikan..
Apa daya aku ini
berontakpun hanya sia-sia
diampun aku mati
Tak ada jasad yang menemani
hanya arwah kiriman Tuhan
membujuk dalam nestapa
terdengar sayup ketukan pensil
suara jelita berlari memutar
mengabaikan..
Lirih, dalam pangkuan misteri
isak tangis tak kunjung henti
mendengarkan
mengabaikan..
Apa daya aku ini
berontakpun hanya sia-sia
diampun aku mati
Tak ada jasad yang menemani
hanya arwah kiriman Tuhan
membujuk dalam nestapa
Langganan:
Postingan (Atom)