Rabu, 13 Mei 2015

Karya Puisiku 55

Satu saraf hampir terputus
gila dalam kehidupan
berontak dikeramain
hingga nyaris mati

Satu yang dikejar
merasa tenang dan bebas
layaknya merpati putih
yang hidup dikedamaian

Satu kekerasan itu
membuat nyali semakin kuat
bentakanpun mulai menyelimuti
mengikuti jiwa sang pendendam

Satu surga satu neraka
memilih diantara tebing yang menjulang
menapaki jejak hilang
diujungkematian

Karya Puisiku 54

Roda itu melingkar dan berputar
dimana satu titik ia mengawasi
setiap putarannya

Sama seperti kehidupan
dititik lain bukan kita yang lakukan
namun kita harus melakukan

Apa yang dikerjakan
tatkala hukum dunia didepankan
tapi hati tak sejalan
dengan keinginannya

Mengikuti garis putih yang terputus-putus
meratapi suci yang mulai pudar
hendak kemana arah sungai mengalir
yang harus kulalui sendirian

Diam dalam kebelengguan
beberapa tiitk hitam
yang harus kubuang jauh
demi seseorang diseberang sana

Selasa, 12 Mei 2015

Karya Puisiku 53

Baru kurasakan lagi
kehidupan seorang labil
yang mencederai syarafku
hingga tak tersambung dengan benar

Hidup ini abstrak
tak tau didepan itu apa
sampai aku menangis, tertawa
jiwa ini mulai meronta

Keluarkan aku
dalam lingkaran api membara
tak taukah kamu?
aku begitu sudah lelah
inginkan mengangkat tangan
dan bersimpuh lutut didepanmu

Namun kau hanya bisa tertawa
tertawakan diriku

Karya Puisiku 52

Jenagh pada keterpurukan
ingini bangkitpun
terhalang materi
apa boleh buat
tak mampu berpijak

Omongannya risih
mematahkan nyali
semaki mencitu
membisu dalam angan hampa
tak mampu berdiri

Kelam, tak bersenandung
semuanya kacau
tidak terkendali
apa mau dikata
tak ada upaya

Hiduppun mulai kikuk
serba salah
mengibaskan bendera putih
mengangkat tinggi-tinggi
aku mundur dan menyerah

Karya Puisiku 51

Seperti manusia gila
tak ada kerjaan
diam dan hanya diam

Mencari sesuatu yang dikerjakan
tapi tak memiliki arti
nol besarkah?

Semua berbeda
semua seakan sia-sia
dilereng api yang meletup-letup

Semakin menjerit
lara api yang memanas
namun air surga
selalu membasahi sekujur tubuhku

Sabar iya sabar
memutarkan nada-nada gila
membisu dalam keramaian
pelarian tak kunjung usai

Karya Puisiku 50

Kemarin, bodo amat!
sekarang, yasudahlah..
esok?
apa kabar dengan saya?

Terbesit dalam lamunan
mati dalam hening
tak bernafas
tak bernyawa

Jauh dari kerumunan
diabaikan, terhinakan
diam dalam santai
roh hilang tanpa pamit

Nyenyak dalam dosa
dikegelapan nuansa
berayun riang
melupakan problema hidup yang keras

Karya Puisiku 49

Tidak ada kata ambigu
dalam kehidupan ini
semua telah terencana
tertulis di tembok putih

Hanya saja manusia itu sendiri
tidak yakin dengan hidup
mengeluhkan keadaan
tanpa bersyukur

Ini sungguh realita
percaya atau tidak
tetap harus percaya
ini masih dunia, belum surga

Karya Puisiku 48

Kepuasan jiwa
adalah menjalaninya dengan hati
apapun resikonya

Adrenalinpun memuncak
semangat yang membara
meski penuh kekhawatiran

Andai kata ku mati disini
setidaknya
membuat lengkung bibir diwajah bunda
telah kuberikan

Entah apa yang akan terjadi
namun usaha hidupku
terhenti disini
karena lembah hidup yang nyata
telah berada didepanku

Beri aku ketenangan
perubahan jiwaku
membawa penat menjauh
dari hidupku yang baru

Karya Puisiku 47

Renungan jiwa digelapnya bumi
terdengar sayup ketukan pensil
suara jelita berlari memutar
mengabaikan..

Lirih, dalam pangkuan misteri
isak tangis tak kunjung henti
mendengarkan
mengabaikan..

Apa daya aku ini
berontakpun hanya sia-sia
diampun aku mati

Tak ada jasad yang menemani
hanya arwah kiriman Tuhan
membujuk dalam nestapa