A.
Pengertian
1.
Infark
Miokard adalah suatu keadaan infark atau nekrosis otot jantung karena kurangnya
suplai darah dan oksigen pada miokard(ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miokard).
2.
Infark Miokard Akut adalah penyakit
jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo;
1997). Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik pada dinding
arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan oto jantung.
3.
Infark
miokardium adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot
jantung. Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak
umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan. Infark miokard biasanya
disebabkan oleh trombus arteri koroner; prosesnya mula-mula berawal dari
rupturnya plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan trombus oleh trombosit.
Lokasi dan luasnya infark miokard tergantung pada jenis arteri yang oklusi dan
aliran darah kolateral.
4.
Tipe
infark miokard didasarkan pada lokasi infark dan meliputi lapisan-lapisan otot
jantung. Infark miokard dikelompokkan sebagai anterior,inferior,lateral atau
posterior. Area infark dapat meliputi sub-endokardium,epikardium atau seluruh
lapisan(tiga lapisan) otot jantung atau transmural. Kebanyakan infark miokard
terjadi pada ventrikel kiri karena suplaioksigen terbesar di tempat tersebut.
5.
Aterosklerotik adalah suatu
penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut
Plak Ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri. Sehingga mempersempit
bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagiuan distal (Hudak &
Gallo; 1997)
B.
Etiologi
Infark miokard akut
disebabkan oleh karena atherosclerosis atau penyumbatan total atau sebagian
oleh emboli dan atau thrombus
Etiologi
infark miokard akut yaitu (Wajan Juni) :
1.
Coronary arteri disease : arterosklerosis,
artritis,trauma pada koroner, penyempitan arteri koroner karena spasme atau
desecting aorta dan ateri koroner
2.
Coronary artey emboli : infective endokarditis,
cardiac myxoma, cardiopulmonal bypass surgery, arteriografi koroner
3.
Kelainan kongenital : anomali arteri koronaria
4.
Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
miokard : tirotoksikosis,
hipotensi kronis, keracunan karbon monoksida, stenosis atau insufisiensi aorta
5.
Gangguan hematologi : anemia, polisitermia vera,
hypercoagulabity, trombosis, trombositosis dan DIC.
C.
Faktor
Resiko
Faktor resiko yang menjadi
pencetus terjadinya Infark Miokard akut adalah :
1.
Faktor resiko yang dapat
diubah
a.
Mayor merokok, hipertensi, obesitas,
hiperlipidemia, hiperkolesterolimia dan pola makan (diit tinggi lemak dan tingi
kalori).
b.
Minor stress,
kepribadian tipe A (emosional, agresif, dan ambivalen) daninaktifitas fisik.
2.
Faktor resiko yang tidak
dapat diubah
a.
Hereditas/keturunan
b.
Usia lebih dari 40 tahun
c.
Ras, insiden lebih tinggi
orang berkulit hitam. Sex, pria lebih sering daripada wanita.
D.
Patofisiologi
Iskemia yang berlangsung
lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan sel irreversibel serta
nekrosis atau kematian otot. Bagian miokardium yang mengalami infark atau
nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami
infark dikeliingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup.
1.
Proses terjadinya infark
Thrombus menyumbat
aliran darah arteri koroner, sehingga suplai nutrisi dan O2 ke bagian distal
terhambat., sel otot jantung bagian distal
mengalami hipoksia iskhemik infark, kemudian serat otot menggunakan sisa akhir oksigen dalam darah,
hemoglobin menjadi teroduksi secara total dan menjadi berwarna biru gelap,
dinding arteri menjadi permeable, terjadilah edmatosa sel, sehingga sel mati.
2.
Mekanisme
nyeri pada AMI
Hipoksia yang terjadi pada jaringan oto jantung
memaksa sel untuk melakukan metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga
menghasilkan asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zatiritatif
lainnya seperti histamine, kinin, atau enzim proteolitik sleuler merangsang
ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot jantung, impuls nyeri dihantarkan
melalui serat sraf aferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus, korteks
serebri, serat saraf aferen, dan dipersepsikan nyeri.
Perangsangan syaraf
simpatis yang berlebihan akan menyebabkan :
1.
Meningkatkan
kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga menghasilkan frekuensi
denyut jantunglebih dari normal (takikardi).
2.
Merangsang kelenjar
keringat sehingga ekresi keringat berlebihan.
3.
Menekan kerja parasimpatis,
sehingga gerakan peristaltik menurun, akumulai cairan di saluran pencernaan,
rasa penuh di lambung, sehingga merangsangf rasa mual / muntah.
4.
Vasokonstriksi pembuluh
darah ferifer, sehinga alir balik darah vena ke atrium kanan meningkat, dan
akhirnya yekanan darah meningkat.
E.
Tanda
dan gejala
Tanda dan gejala yang
timbul pada Infark Mioma akut adalah sebagai berikut.
1.
Nyeri hebat pada dada kiri
menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri, kebanyakan lamanya 30
menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik.
2.
Takhikardi
3.
Keringat banyak sekali
4.
Kadang mual bahkan muntah
diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang disalurkan dari area
kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal
5.
Dispnea
6.
Abnormal Pada pemeriksaan
EKG (pelajari buku tentang EKG).
F.
Jenis-jenis
IMA
1.
MIOKARD
INFARK SUBENDOKARDIAL
Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang
amat peka terhadap iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial terjadi
akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun dalam waktu lama
sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau dicetuskan
oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia. Derajat
nekrosis dapat bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan oksigen miokard,
misalnya akibat takikardia atau hipertrofi ventrikel. Walaupun pada mulanya
gambaran klinis dapat relatif ringan, kecenderungan iskemia dan infark lebih
jauh merupakan ancaman besar setelah pasien dipulangkan dari Rumah Sakit.
2.
MIOKARD
INFARK TRANSMURAL
Pada lebih dari 90% pasien miokard infark
transmural berkaitan dengan trombosis koroner. Trombosis seing terjadi di
daerah yang mengalami penyempitan arteriosklerotik. Penyebab lain lebih jarang
ditemukan. Termasuk disini misalnya perdarahan dalam plaque aterosklerotik
dengan hematom intramural, spasme yang umumnya terjadi di tempat aterosklerotik
yang emboli koroner. Miokard infark dapat terjadi walau pembuluh koroner
normal, tetapi hal ini amat jarang.
G.
Klasifikasi
Infark dapat di kelompokkan
menjadi beberapa kelompok anatomi umum :
1.
Infark inferior mengenai
permukaan diafragma jantung sering disebabkan oleh oklusi koronaria kanan atau
cabang desendensnya.
2.
Infark dinding lateral
mengenai dinding lateral kiri jantung sering disebabkan oleh oklusi arteri sirkumfekta
kiri.
3.
Infark anterior mengenai
permukaan anterior ventrikil kiri biasanya disebabkan oleh penyumbatan arteri
desendens anterior kiri.
4.
Infark posterior mengenai
permukaan posterior jantung biasanya disebabkan oleh penyumbatan arteri
koronaria kanan. (Santa Jota, 2002 )
H.
Prognosis
Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara
praktis dapat diambil pegangan 3 faktor penting yaitu :
1.
Potensial
terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll)
2.
Potensial
serangan iskemia lebih lanjut.
3.
Potensial
pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama pada luas
daerah infark).
I.
Komplikasi
1.
Aritmia
2.
Bradikardia
sinus
3.
Irama
nodal
4.
Gangguan
hantaran atrioventrikular
5.
Gangguan
hantaran intraventrikel
6.
Asistolik
7.
Takikardia
sinus
8.
Kontraksi
atrium prematur
9.
Takikardia
supraventrikel
10.
Flutter
atrium
11.
Fibrilasi
atrium
12.
Takikardia
atrium multifokal
13.
Kontraksi
prematur ventrikel
14.
Takikardia
ventrikel
15.
Takikardia
idioventrikel
16.
Flutter
dan Fibrilasi ventrikel
17.
Renjatan
kardiogenik
18.
Tromboembolisme
19.
Perikarditis
20.
Aneurisme
ventrikel
21.
Regurgitasi
mitral akut
22.
Ruptur
jantung dan septum
J.
Pencegahan
Sedapat mungkin mengurangi faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penyakit arteri koroner, terutama yang dapat dirubah
oleh penderita :
1.
Berhenti
merokok
2.
Menurunkan
berat badan
3.
Mengendalikan
tekanan darah
4.
Menurunkan
kadar kolesterol darah dengan diet atau dengan obat
5.
Melakukan
olah raga secara teratur.
K.
Penatalaksanaan
1.
STEMI
a.
Tatalaksana
pra rumah sakit
Sebagian besar kematian di luar rumah sakit pada
STEMI disebabkan adanya fibrilasi ventrikel mendadak, yang sebagian besar
terjadi pada jam pertama. Sehingga elemen utama tatalaksana pra hospital pada
pasien yang dicurigai STEMI antara lain :
·
Pengenalan
gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis
·
Segera
mengambil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi
·
Transportasi
pasien ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas ICU/ICCU serta staf medis dokter
dan perawat yang terlatih
·
Melakukan
terapi reperfusi
b.
Tatalaksana
di ruang emergensi
c.
Tatalaksana
umum
·
Oksigen
Oksigen
harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen <90%. Pada semua pasien
STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
·
Nitrogliserin
Nitrogliserin
sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan
sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada
nitrogliserin juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan
preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh
darah koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri dada
terus berlangsung dapat diberikan nitrogliserin intravena. Nitrogliserin
intravena juga diberikan untuk mengendalikan hipertensi atau edema paru. Terapi
nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg
atau pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan. Nitrat juga harus
dihindari pada pasien yang menggunakan phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil
dalam 24 jam sebelumnya karena dapat memicu efek hipotensi nitrat.
·
Morfin
Morfin
sangat efektif untuk mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan
dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg
dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek
samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi vena dan
arteriolar melalui penurunan simpatis sehingga terjadi pooling vena yang akan
mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi
dengan elevasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan
iv dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik yang
menyebabkan bradikardi atau blok jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan
infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropin 0,5
mg IV.
·
Aspirin
Aspirin
merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif
pada spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit
yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi aspirin
bukal dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan
oral dengan dosis 75-162 mg.
·
Penyekat
beta
Jika
morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV, selain
nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5 mg
setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung <60
menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan
ronki tidak lebih dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV
terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam
selama 48 jam, dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.
·
Terapi
reperfusi
Reperfusi
dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat disfungsi dan
dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI berkembang menjadi
pump failure atau takiaritmia ventrikuler yang maligna. Sasaran terapi
reperfusi pada pasien STEMI adalah door-to-needle time untuk memulai terapi
fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau door-to-balloon time untuk PCI
dapat dicapai dalam 90 menit.
·
ACE
Inhibitor
ACE
Inhibitor menurunkan mortalitas pasca STEMI dan manfaat terhadap mortalitas
bertambah dengan penambahan aspirin dan penyekat beta. Mekanisme yang
melibatkan penurunan remodelling ventrikel pasca infark dengan penurunan
remodelling ventrikel pasca infark dengan penurunan risiko gagal jantung.
Kejadian infark berulang juga lebih rendah pada pasien yang mendapat inhibitor
menahun pasca infark. Inhibitor ACE harus diberikan dalam 24 jam pertama pasien
STEMI
2. NSTEMI
Pasien
STEMI harus istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG untuk deviasi
segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi harus dipertimbangkan
pada setiap pasien NSTEMI yaitu :
a.
Terapi
antiiskemia
Untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri
dada berulang dapat diberikan terapi awal mencakup nitrat dan penyekat beta.
Terapi antiiskemi terdiri dari nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan
dengan intravena, dan penyekat beta oral (pada keadaan tertentu dapat diberikan
intravena). Antagonis kalsium nondihidropiridin diberikan pada pasien dengan
iskemia refrakter atau yang tidak toleran dengan obat penyekat beta.
b.
Nitrat
Nitrat pertama kali harus diberikan sublingual atau
spray bukal jika pasien mengalami nyeri dada iskemi. Jika nyeri menetap setelah
diberikan nitrat sublingual 3 kali dengan interval 5 menit, direkomendasikan
pemberian nitrogliserin intravena (mulai 5-10ug/menit). Laju infus dapat
ditingkatkan 10ug/menit tiap 3-5 menit sampai keluhan menghilang atau tekanan
darah sistolik <100 mmHg. Setelah nyeri dada hilang dapat digantikan dengan
nitrat oral atau dapat menggantikan nitrogliserin intravena jika pasien sudah
bebas nyeri selama 12-24 jam. Kontraindikasi absolut adalah hipotensi atau
penggunaan sidenafil atau obat sekelasnya dalam 24 jam sebelumnya.
c.
Penyekat
beta
Penyekat beta oral diberikan dengan target
frekuensi jantung 50-60 kali/menit. Antagonis kalsium yang mengurangi frekuensi
jantung seperti verapamil atau diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan
nyeri dada persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan
penyekat beta dan pada pasien dengan kontraindikasi penyekat beta. Jika nyeri
dada menetap walaupun dengan pemberian nitrogliserin intravena, morfin sulfat
dengan dengan dosis 1-5 mg dapat diberikan tiap 5-30 menit sampai dosis total
20 mg.
d.
Terapi
antitrombotik
Oklusi trombus sub total pada koroner mempunyai
peran utama dalam patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai dari agregasi platelet
dan pembentukan thrombin-activated fibrin bertanggung jawab atas perkembangan
klot.
L. Terapi
1. Terapi antiplatelet :
Aspirin
2. Klopidogrel :
Berdasarkan
hasil penelitian klopidogrel direkomendasikan sebagai obat lini pertama pada
NSTEMI.
3. Antagonis GP IIb/IIIa :
Guideline
ACC/AHA menetapkan pasien-pasien resiko tinggi terutama pasien dengan troponin
positif yang menjalani angiografi, mungkin sebaiknya mendapatkan antagonis GP
IIb/IIIa.
4.
Terapi
antikoagulan :
a.
UFH
(Unfractionated heparin)
Manfaat UFH jika ditambahi aspirin telah dibuktikan
dalam tujuh penelitian acak dan kombinasi UFH dan aspirin telah digunakan dalam
tatalaksana NSTEMI untuk lebih dari 15 tahun.
b.
LMWH
(Low Molecular Weight Heparin)
M.
Pemeriksaan
Penunjang
Menurut Doenges et all (2000:85) pemeriksaan diagnostik pada pasien
dengan infark miokard yaitu :
1.
EKG,
menunjukkan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau datarnya
gelombang T dan adanya gelombang Q.
2.
Enzim
jantung dan isoenzim, CPK-MB meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam.
3.
Elektrolit,
ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi
kontraktilitas.
4.
Sel
darah putih, leukosit (10.000-20.000) tampak pada hari kedua sehubungan dengan
proses inflamasi.
5.
GDA
atau oksimetri nadi, dapat menunjukkan hipoksia.
6.
Kolesterol
atau trigliserida serum : meningkat menunjukkan arterisklerosis.
7.
Foto
dada, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK.
8.
Ekokardium,
evaluasi lebih lanjut mengenai fungsi dasar terutama ventrikel.
9.
Angiografi
koroner, menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
N.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Menurut Smetlzer (2002:790) :
Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga
mengurangi terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara,
segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung
tetapi obat-obatan, pemberian oksigen dan tirah baring dilakukan secara
bersamaan untuk tetap mempertahankan fungsi jantung. Obat-obatan dan oksigen
digunakan untuk mengurangi kebutuhan oksigen, sementara tirah baring dilakukan
untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Hilangnya nyeri merupakan indikator utama
bahwa kebutuhan dan suplai telah mencapai keseimbangan.
Ada tiga kelas obat-obatan
yang biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen Smeltzer dan Bare,
2002:791-802).
a. Vasodilator
Vasodilator pilihan untuk
mengurangi nyeri jantung adalh nitrogliserin. Nitrogliserin menyebabkan
dilatasi arteri dan vena, sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali ke
jantung (pre load) dan mengurangi beban kerja (viorkload) jantung.
b. Antikoagulan
Heparin digunakan untuk
membantu mempertahankan integritas jantung. Dengan memperpanjang waktu
pembekuan darah dapat menurunkan kemungkinan pembentukan trombus dan akan
menurunkan aliran darah.
c. Trombosit
Tujuan trombosit untuk
melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil
penyumbatan dan juga luasnya infark, contohnya steptokinase atau anti
streptease, selain itu pemberi analgetik juga bisa diberikan. Morfin dapat
menurunkan tekanan dalam kapiler paru, mengurangi perembasan cairan ke jaringan
paru dan menurunkan kecepatan napas. Diuretik bisa diberikan untuk vasodilatasi
dan penimbunan darah di pembuluh darah perifer, contohnya furosemide (lasix).
2. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Doenges et alll
(2000;84) dasar data pengkajian yang perlu diperhatikan pada pasien dengan
infark miokard adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas
Pasien sering mengalami
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur. Ditandai adanya takikardia dan dispnea
pada saat istirahat maupun beraktivitas.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat infark miokard
sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung kronis, masalah tekanan
darah dan diabetes mellitus perlu ditanyakan pada pasien. Ditandai dengan
tekanan darah dapat normal atau naik atau turun, nadi dapat normal penuh atau
tak kuat juga bisa lemah tapi kuat, dan disritmia.
c. Nyeri atau
ketidaknyamanan
Nyeri dada yang timbulnya
mendadak atau tidak berhubungan dengan aktivitas, tida hilang dengan istirahat
skala nyeri 1-10. Hal ini ditandai dengan wajah meringis, menangis, merintih.
Perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernapasan, warna kulit,
kesadaran.
d. Pernapasan
Pada pasien infark dapat
terjadi dispnea, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok dan
pernapasan kronis, ditandai dengan peningkatan frekuensi pernapasan, napas
sesak, pucat, sianosis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar