Kamis, 19 Maret 2015

TYPUS ABDOMINALIS




A.   Pengertian
1.     Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). ( Kapita selekta kedokteran edisi 3 ).
2.     Penyakit typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut dengan gejala demam lebih dari 1 minggu. Gangguan pencernaan yang terjadi adalah bibir kering, lidah kotor, selaput putih, ada perut kembung nyeri tekan dan gangguan kesadaran (ngartiyah, 1955).
3.     Typus abdominalis juga didefinisikan Penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit (Soedarto, 1996). 

B.   Patofisiologi
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna (mulut,esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ketubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudiansecara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan,minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kumanmasuk ke usus halus.Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluhdarah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).                  Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yangdicemari. Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran danair seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia.
 Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin tercemar dengansisa kumbahan.Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan merebak kedalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapagejala seperti demam. Pembuangan najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat(lipas dan tikus) yang akan menyebabkan demam tifoid.

C.   Etiologi
1.      Salmonella typhi
Batang gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
a.       antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
b.      antigen H(flagella)
c.       antigen V1 dan protein membrane hialin.
2.      Salmonella parathypi A
3.      Salmonella parathypi B
4.      Salmonella parathypi C
5.      Feses, urin dan muntahan penderita

D.   Pencegahan
Langkah-langkah pencegahan :
1.      Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil tifoid dan paratifoid A dan B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan interval 10 hari merupakan tindakan yang praktis untuk mencegah penularan demam tifoid Jumlah kasus penyakit itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Suntikan imunisasi tifoid boleh dilakukan setiap dua tahun manakala vaksin oral diambil setiap lima tahun. Bagaimanapun,vaksinasi tidak memberikan jaminan perlindungan 100 persen.
2.      Minum air yang telah dimasak saja. Masak air sekurang-kurangnya lima minit penuh
3.       Buat air es batu menggunakan air yang dimasak.
4.       Gunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan.Buah- buahan hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan.
5.       Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum menyedia atau memakan makanan, membuang sampah, memegang bahan mentah atau selepas membuang air besar. Pilih gerai dan pengendali makanan yang bersih.
6.       Dalam keadaan sekarang, ada baiknya menghindari membeli makanan atau minuman pada tempat terbuka atau ramai.

E.    Pengobatan
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan adalah :
1.      Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien demam tifoid. Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari oral atauintravena,sampai 7 hari bebas demam. Penyuntikan kloramfenikol siuksinatintramuskuler tidak dianurkan karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Dengan kloramfenikol,demam pada demam tifoid dapat turun rata 5 hari.
2.      Tiamfenikol : Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid sama dengan kloramfenikol. Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarangdaripada klloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam pada demamtiofoid dapat turun rata-rata 5-6 hari
3.      Ko-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol) : Efektivitas ko-trimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikol,Dosis untuk orang dewasa,2kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol) dengan ko-trimoksazol demam rata-rataturun d setelah 5-6 hari.
4.      Ampislin dan Amoksisilin : Dalam hal kemampuan menurunkan demam,efektivitasampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol.Indikasimutlak penggunannnya adalah pasien demam tifoid dengan leukopenia.Dosis yangdianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kgBB sehari,digunakan sampai 7 hari bebasdemam. Dengan Amoksisilin dan Ampisilin,demam rata-rata turun 7-9 hari.
5.      Sefalosporin generasi ketiga : Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sefalosporin generasi ketiga antara lain Sefoperazon,seftriakson, dan sefotaksim efektif untuk demam tifoidtetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
6.      Fluorokinolon : Fluorokinolon efektif untuk demam tifoidtetapi dosis dan lama pemberian belum diketahui dengan pasti.

F.    Manifestasi Klinis
1.      Tanda Tanda
a.       Demam
Pada minggu pertama demam berangsur naik berlangsung pada 3 minggu pertama
terutama pada sore dan malam hari, pada minggu ke 2 suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ke 3 suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. Demam tidak hilang dengan pemberian antiseptic, tidak menggigil dan tidak berkeringat. Kadang pasien disertai epitaksis
b.      Gangguan pada saluran pencernaan
1)      Halitosis
2)      bibir kering
3)      lidah kotor berselaput putih dan pinggirannya hiperemesis
4)      perut agak kembung
5)      mual
6)      splenomegali disertai nyeri pada perabaan
7)      pada permulaan umumnya terjadi diare
8)      kemudian menjadi obstipasi
c.       Gangguan kesadaran
1)      kesadaran menurun ringan sampai berat
2)      umumnya apatis
3)      bradikardi relative
4)      umumnya tiap kenaikan 1celcius di ikuti penambahan denyut nadi 10-15 kali permenit

2.      Gejalanya
- Penderita mulai cepat lelah
- malaise
- sakit kepala
- rasa tidak enak di perut
- nyeri seluruh tubuh
- hal tersebut dirasakan antara 10-14 hari
a.Perdarahan usus dapat terjadi pada saat demam masih tinggi di tandai dengan:
- suhu mendadak turun
- nadi meningkat cepat dan kecil
- tekanan darah menurun
- pasien terlihat pucat kulit terasa lembap
- kesadaran makin menurun
Jika pendarahan ringan mungkin gejalanya tidak terlihat jelas, karena darah dalam faeces hanya bisa di buktikan dengan tes benzidin.
Jika ini terjadi, tindakannya adalah:
Ø  menghentikan makan dan minum
Ø  segera pasang infuse jika sebelumnya tidak di pasang
Ø  segera hubungi dokter
Ø  selain pemberian pengobatan untuk menghentikan pendarahan dapat di lakukan eskap gantung untuk mengganti alat tenun harus 2 -3 orang, paisen tidakboleh di miringkan pengawasan observasi TTV lebih sering

b. Perforasi usus dapat terjadi pada minggu ke 4dimana suhu sudah turun
walau suhu sudah normal istirahat masih di teruskan 2 minggu dengan gejala:
pasien mengeluh sakit perut hebat dan akan nyeri lagi apabila di tekan perut terlihat tegang dan kembung anak menjadi pucat, dapat juga keringat dingin nadi kecil dan pasien menjadi scohk jika di jumpai gejala demikian tindakannya adalah :
Ø  segera hubungi dokter
Ø  siap foto roentgen
Ø  biasanya di kunsul ke bagian bedah

c. pneumonia hipotastikakibat lama berbaring terus dengan gejala:
- suhu mendadak naik tinggi setelahsebelumnya turun
- atau naik lebih tinggi dan tidak perna turun walaupun di pagi hari
- terlihat adanya sesak napas

G.   Komplikasi
1. pendarahan usus
2. perforasi usus
3. pneumonia hipostatik
4. hepatitis.

H.   Penatalaksanaan
1. Medik
- isolasi pasien desinfeksi pakaian
- perawatan yang baik untuk menghindari infeksi
- istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total) kemudian boleh duduk, jika tidak panas boleh berdiri terus berjalan.
- Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh banyak mengandung serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung.
Obat pilihan adalah kloramfenikol dengan dosis tinggi yaitu 100 mg/kgbb/hari (maksimum 2 gram perhari) diberikan 4 kali sehari peroral/intravena kloramfenikol tidak boleh diberikan apabila jumlah leukosit<=2000/ul. Bila pasien alergi dapat diberikan penicillin/kotrimoksazol.
2. Keperawatan
Masalah pasien Typus Abdominalis yang perlu diperhatikan adalah:
Ø  Kebutuhan nutrisi / cairan dan elektrolit
Ø  Gangguan suhu tubuh
Ø  Gangguan rasa aman dan nyaman
Ø  Pengawasan komplikasi Tindakannyan adalah:
Untuk mencegah komplikasi pasien yang terlalu lama berbaring perlu diubah sikap baringnya tiap 3 jam.
Jika terjadi komplikasi keluarga perlu diberi penjelasan mengapa dapat terjadi (mungkin terlambat berobatnya atau kuman penyakitnya sangat ganas). Diminta agar orang tua membantu menenangkan (beri penjelasan secara bijaksana agar keluarga tidak cemas).

I.       Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan laboratorium
Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal biakan empedu untuk menemukan Salmonela typosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan pada urine dan feces dan mungkin akan tetap positif untuk waktu yang lama.
2.      Pemeriksaan widal
Merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosa typus abdominalis secara pasti. Dikerjakan pada waktu pertama masuk dan setiap minggu berikutnya.

J.      Klasifikasi
1. Typus abdominalis  adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna , gangguan kesadaran
2. Paratypus  adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin sesekali penderita mengalami buang  - buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering , dan kondisi fisik tampak lemah , serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut , mungkin muncul gejala kunin,sebab pada tipus oragan limfa dan hati bias membengkak seperti gejala hepatitis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar