A. Pengertian Komunikasi Keperawatan
Komunikasi
dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan
antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan
tersebut. Oleh karena itu komunikasi antar perawat memegang
peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990),
Szilagyi (1984), dan Tappen
(1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal/tertulis dan non-verbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik.
1.
Komunikasi verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah
alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan
respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga
untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang.
Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu
untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus :
a.
Jelas dan ringkas
Komunikasi
yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang
digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai
dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang
penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa,
mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan
kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa
nyeri anda” lebih baik daripada “saya
ingin anda menguraikan kepada saya bagian
yang anda rasakan tidak enak.”
b.
Perbendaharaan Kata
Komunikasi
tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan
ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran,
dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak
mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan
dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara
saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan
“Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
c.
Arti denotatif dan konotatif
Arti
denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan
arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu
kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian,
tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang
mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati
memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat
penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
d.
Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan
dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal.
Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin
akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap
klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak
jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu
kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat
dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak
isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa
menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu
cepat dan perlu untuk diulang.
e. Waktu dan relevansi
Waktu
yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis
kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan
diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi
penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap
ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih
bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
f.
Humor
Dugan
(1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit
yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan
bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan
perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi
ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk
menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk
berkomunikasi dengan klien.
2.
Komunikasi non-verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan
katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang
disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan
keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal.
Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan.
Komunikasi non-verbal teramati pada:
1. Metakomunikasi
Komunikasi
tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara
dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam
pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh:
tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan
seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi
interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama.
Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik,
cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri.
Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan
profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi
perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi
citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada
suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan,
karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien,
karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat
terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil
suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak
melalui ekspresi wajah: terkejut, takut,
marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar
penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting
dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama
pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan
untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah
ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara
sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan
klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap
tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik.
Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap
tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa
sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih
sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan
merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus
mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat
menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau
membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien
tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit
untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson &
Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika
membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat
dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan
dan hati-hati.
B.
Komunikasi terapeutik sebagai tanggung jawab moral perawat
Perawat
harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli
dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh
dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan
bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli
terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang mementingkan dirinya sendiri.
Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa “human
care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan
rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit,
penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri, “Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh
Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama
ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari
kepribadian.
C.
Tehnik komunikasi terapeutik
Tiap
klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang
berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari
Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920),
yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan
upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
dikomunikasikan. Keterampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan
keinginan untuk mendengarkan.
c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian
dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan.
d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
e. Anggukan kepala jika klien membicarakan
hal penting atau memerlukan umpan balik.
f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan
orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai
perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien. Perawat sebaiknya
menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, mengerutkan kening atau menggelengkan kepala
seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan kepala
seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang
a. Mendengarkan tanpa memutuskan
pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang
menapakkan pengertian.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal
cocok dengan komunikasi verbal.
d. Menghindarkan untuk berdebat,
mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukan
kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang anda
ucapkan.” (cocok 1987)
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan
dikaitkan dengan topik yang
dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam
konteks sosial budaya klien. Selama
pengkajian ajukan pertanyaan secara
berurutan.
4. Mengulang ucapan klien dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi
berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ono,
karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
Contoh: - K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga” - P : “
Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”
5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar,
perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien. Contoh:
- “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan” - “ Apa yang katakan
tadi adalah…….”
6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien
ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut
tanpa informasi yang baru. Contoh: “ Hal ini nampaknya penting, nanti kita
bicarakan lebih dalam lagi ”.
7. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan
hasil
pengamatannya, sehingga dapat diketahui
apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan
oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering
membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau
mengklarifikasi pesan. Contoh: - “ Anda tampak cemas”. - “ Apakah anda merasa
tidak tenang apabila anda……”
8. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi
klien
terhadap keadaanya. Memberikan tambahan
informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah
rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh
dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan
nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien
untuk membuat keputusan.
9. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir
pikirannya. Penggunaan metode diam
memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan
perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap
dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam
memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir
pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien
harus mengambil keputusan .
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum
meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat
mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan
pembicaraan dengan topik yang berkaitan. Contoh: - “Selama beberapa jam, anda
dan saya telah membicarakan…”
11. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran
tentang perubahan yang terjadi menghargai
klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas
dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi
beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan
segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak
pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya
“buruk”. Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka
perawat dapat mengatakan demikian.” Contoh: - “Selamat pagi Ibu Sri.” Atau
“Assalmualaikum” - “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”. Dalam
ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlah terpuji,
karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam
menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan
akrab.
12. Menawarkan diri
Klien
mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau
klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat
hanya menawarkan kehadirannya, rasa
tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih. Contoh: - “Saya
ingin anda merasa tenang dan nyaman”
13. Memberi kesempatan kepada klien untuk
memulai pembicaraan.
Memberi
kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannanya dalam interakasi
ini perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa
ia diharapkan untuk membuka pembicaraan. Contoh: - “ Adakah sesuatu yang ingin
anda bicarakan?” - “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?” - “ Darimana anda
ingin mulai pembicaraan ini?”
14. Menganjurkan untuk meneruskan
pembicaraan
Tehnik
ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang
mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan
tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha
untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan Contoh: -
“…..teruskan…..!” - “…..dan kemudian….? - “ Ceritakan kepada saya tentang
itu….”
15. Menempatkan kejadian secara teratur
akan menolong perawat dan klien untuk
melihatnya dalam suatu perspektif.
Kelanjutan
dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk
melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur
akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya
sebagai akibat kejadian yang pertama.
Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data
tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi
kebutuhannya. Contoh: - “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”. - “Kapan
kejadian tersebut terjadi”.
16. Menganjurkan klien unutk menguraikan
persepsinya
Apabila
perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari
perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada
perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan
timbulnya gejala ansietas. Contoh: - “Carikan kepada saya bagaimana perasaan
saudara ketika akan dioperasi” - “Apa yang sedang terjadi”.
17. Refleksi
“Refleksi
menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan
perasaanya sebagai bagian dari dirinya
sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau
rasakan maka perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana
perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien
adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut,
maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas
dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari
orang lain. Contoh:
K: “Apakah menurutmu saya harus
mengatakannya kepada dokter?”
P: “Apakah menurut anda, anda harus
mengatakannya?”
K: “Suami saya sudah lama tidak datang
mengunjungi saya, bahwa tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin
berbicara dengannya.
P: “Ini menyebabkan anda marah”.
D.
Dimensi tindakan
Dimensi
ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan diri perawat, katarsis
emosional, dan bermain peran (Stuart dan
Sundeen, 1995, h.23). Dimensi ini harus
diimplementasikan dalam konteks kehangatan,
penerimaan, dan pengertian yang
dibentuk oleh dimensi responsif.
1. Konfrontasi
Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku klien yang
bermanfaat untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dikutip oleh Stuart
dan Sundeen, 1998, h.41) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu:
a. Ketidak sesuaian antara konsep diri
klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan
ideal diri (cita-cita/keinginan klien)
b. Ketidak sesuaian antara ekspresi non
verbal dan perilaku klien
c. Ketidak sesuaian antara pengalaman klien
dan perawat
Konfrontasi seharusnya dilakukan secara
asertif bukan agresif/marah. Oleh karena itu sebelum melakukan konfrontasi
perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya dengan
klien, waktu yang tepat, tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien.
Konfrontasi sangat berguna untuk klien yang telah mempunyai kesadaran diri
tetapi perilakunya belum berubah.
2. Kesegeraan
Terjadi jika interaksi perawat-klien
difokuskan pada dan digunakan untuk
mempelajari fungsi klien dalam hubungan
interpersonal lainnya. Perawat harus
sensitif terhadap perasaan klien dan
berkeinginan membantu dengan segera.
3. Keterbukaan perawat
Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide, nilai,
perasaan dan
sikapnya sendiri untuk memfasilitasi
kerjasama, proses belajar, katarsis, atau dukungan klien. Melalui penelitian
yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987, h.134) ditemukan
bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien menurunkan tingkat kecemasan
perawat klien
4. Katarsis emosional
Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya
untuk
mendapatkan efek terapeutik. Dalam hal ini
perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan maslahnya. Jika
klien mengalami kesulitan mengekspresikan perasaanya, perawat dapat membantu
dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien.
5. Bermain peran
Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien
kedalam
hubungan antara manusia dan memperdalam
kemampuannya untuk melihat
situasi dari sudut pandang lain; juga
memperkenankan klien untuk mencobakan
situasi yang baru dalam lingkungan yang aman.
E. Tingkah laku perawat dalam berkomunikasi
Dirumah
sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan penting; tingkah
laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat. Bahkan sering
juga surat kabar memuat berita-berita tentang perawat rumah sakit. Bertindak
yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan sebagainya.
F. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
Pelaksanaan
perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata, tidak
pernah memandang dari sisi lain seorang pasien maupun perawat lainya sehingga kurang mendapat
perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan yang sebenarnya
G. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan
Keluhan-keluhan
serta kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien oleh teman
sejawat sehingga menghambat hubungan komunikasi yang baik. Kejujuran
dalam keperawatan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) :
a. Jujur terhadap pekerjaan misalnya mengenai
pengobatan, laporan-laporan yang berhubungan dengan keadaan pasien.
b. Jujur terhadap lingkungan. Hal ini penting karena
perawat dalam
melaksanakan
pekerjaannya setiap hari selalu berhubungan dengan orang
banyak.
Hendaknay jangan sekali-kali memiliki atau menggunakan barang orang lain secara tidak sah tanpa ijin pemiliknya.
Kejujuran ini penting bagi perawat itu sendiri
maupun bagi rumah sakit dan masyarakat umum.
c. Jujur dalam perkataan. Tidak membohong, melaporkan
hal sebenarnya tentang keadaan klien kepada atasan secara benar. Tidak
menceritakan kejengkelan orang lain ataupun mengadu domba.
H. Sejarah Komunikasi
Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti 'sama'. Communico, communicatioatau communicare yang berarti membuat sama (make to
common). Secara sederhana
komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan
orang yang menerima pesan. Oleh
sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu
dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one
another).
Pada
awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal
digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka
sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut
berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti
tarian kawin pada ikan.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia
termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan,
gerakan, dan penyiaran] Komunikasi
dapat berupa interaktif,
komunikasi transaktif|transaktif, komunikasi bertujuan|bertujuan, atau
komunikasi tak bertujuan|tak bertujuan
Melalui
komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi,
komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan
sama oleh penerima pesan tersebut
Walaupun
komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini
menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi
digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan
peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio.Televisi, telepon,
satelit dan jaringan komuter seiring dengan industrialisasi bidang usaha yang
besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah
memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi
masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan
tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu
sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar