ilusi ini membuatku terbang
merasakan lagi aroma angin abu-abu
yang sempat kujauhi
Mungkinkah ini intermeso kehidupan?
layaknya seorang pujangga yang kesepian
tak bernyali, seperti pecundang
entah sampai kapan
Sungguh ironi melihat diri
yang selalu bersetubuh dengan wiski
mengasingkan diri
Tetesan warna merah yang mempesona
mengantarkanku keruang kelam
aku terperangkap
oleh balutan jingga seorang dara
Peluh ini menemani pesonanya
senyum busuk itu kutelan mentah
teriakan kerasnya menampar hidupku
sampai kedasar paling bawah
Aku terbangun dalam abu-abunya angin
kuteguk air keruh
dan kunyalakan api kecil kehidupan
sadarkan keabnormalanku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar