Jumat, 16 Januari 2015

HEPATITIS



A.   Pengertian
1.      Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002 : 93)
2.      Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
3.      Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
4.      Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta bahan – bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
5.      Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
6.      Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

B.   Jenis-Jenis Hepatitis
1.      Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
2.      Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi  mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.
3.      Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang ditularkan  melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan  dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.
4.      Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi  hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian
5.      Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
6.      Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.



C.   Etiologi
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1)     Virus hepatitis A (HAV)
2)     Virus hepatitis B (HBV)
3)     Virus hepatitis C (HCV)
4)     Virus hepatitis D (HDV)
5)     Virus hepatitis E (HEV)
6)     Hepatitis F (HFV)
7)     Hepatitis G (HGV)     
  
(1)   Virus
Tipe
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatiits D
Hepatitis E
Virus
Jenis hepato virus dari picorna virus family
Hepadna virus
Virus rna genus hepaci virius dari family flaviridae
Virus rna hepatitis delta atau hdv
Virus darikotoran
Penyebaran
Fekal oral melalui orang lain
Parenteral seksual, parnatal
Parental jarang, seksual, orang ke orang, perinatal
Parental perinatal, infeksidari hepatitis tipe B
Fekal oral
Keparahan
Ikerik dan asimtomatik
parah
Menyebarluas, dapat berkembang sampai kronis
Gagal hepar akut
Gagal heparakut
Sumber
Darah, feses,saliva, hepar, empedu
Darah, saliva, semen, sekresi vagina,
Melalui darah
Melalui darah
Darah, feses, saliva

Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243).
          Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).

(2)   Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
(3)   Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

D.   Patofisiologi
Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar dan berwarna normal, namun kadang-kadang ada edema, membesar dan pada palpasi “terasa nyeri di tepian”. Secara histologi. Terjadi kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda. Namun pada beberapa kasus nekrosis, nekrosissubmasif atau masif dapat menyebabkan gagal hati fulminan dan kematian (Price dan Daniel, 2005: 485).

E.    Manifestasi Klinis
1.      Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium yang timbul akibat proses peradangan hati akut oleh virus, yaitu
a.       Masa tunas
Virus                                   : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B                               : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B      : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
b.      Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c.       Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
d.      Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
2.      Menurut Arif mansjoer (2001: 513) Berikut adalah gejala klinis dari penyakit hapatitis.
a.       Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi lebih cokelat.
b.      Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sclera,kemudian padakulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
c.       Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanyaberbeda.
3.      Menurut Sriana azis (2002: 232) Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat, sebagai berikut.
a.       Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi letih, lesu, lemas dan mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di perut dan punggung, hati bengkak, bangun tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila sakitnya berkepanjangan dapat berubah menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi kanker.
b.      Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi tetap ada sampai 6 bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis) kemudian menjadi kanker. Komplikasi sirosis meliputi muntah darah, kanker hati dan koma.
c.       Virus C tidak mempunyai gejala awal langsung akut.
d.      Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang otot, gerakan khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.

F.    Pemeriksaan Diagnostik
1.      Laboratorium
a.       Pemeriksaan pigmen
-      urobilirubin direk
-      bilirubun serum total
-      bilirubin urine
-      urobilinogen urine
-      urobilinogen feses
b.   Pemeriksaan protein
-      protein totel serum
-      albumin serum
-      globulin serum
-      HbsAG
c.    Waktu protombin
-   respon waktu protombin terhadap vitamin K
d.     Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
-      AST atau SGOT
-      ALT atau SGPT
-      LDH
-      Amonia serum
2.      Radiologi
-      foto rontgen abdomen
-      pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
-      kolestogram dan kalangiogram
-      arteriografi pembuluh darah seliaka
3.      Pemeriksaan tambahan
-      laparoskopi
-      biopsi hati
G.   Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

H.   Pencegahan
1.      Terhadap virus hepatitis A
1)      Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus tipe A yang sulit ditetapkan.
2)      Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik sangat penting. Tinja, darah, dan urin pasien harus dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum ikterus.
2.      Terhadap virus hepatitis B
1)      Dapat ditularkan melalaui darah dan produk darah. Darah tidak dapt disterilkan dari virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
2)      Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B dilakukan terhadap bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HBsAg pada ibu-ibu hamil.
3.      Pencegahan dengan immunoglobulin
1)      Pemberian immunoglobulin (HBIg) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan kegunaannya. Diberikan dalam dosis 0,02 ml/kg BB im dan ini dapat mencengah timbulya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada mereka yang dicurigai ada kontak dengan pasien (Arif mansjoer, 2001: 513).
2)      Imunoglobulin (IG) dahulu disebut globulin serum imun, diberikan sebagai perlindungan sebelum terpajan HAV. Semua sediaan IG mengandung anti HAV. Profilaksis sebelum pejanan dianjurkan untuk wisatawan manca negara yang akan berkunjung ke negara-negara endemis HAV. Pemberian IG pasca pajanan bersifat efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan infeksi HAV. Dosis 0,02 ml/kg diberikan sesegara mungkin atau dalam waktu dua minggu setelah perjalanan. Inokulasi dengan IG diindikasikan bagi anggota keluarga yang tinggal serumah, sftaf pusat penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan wisatawan ke negara berkembang dan tropis (Price dan wilson, 2005: 492).
I.       Pengobatan
1.      Tirah baring selama fase akut penting di lakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling dapat di makan oleh penderita.
2.      Pemberian makanan secara intra vena mungkin perlu di berikan selama fase akut bila pasien terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu di batasi hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
3.      Pengobatan terpilih untuk hepatitis B kronis atau Hepatitis C kronis simptomatik adalah terapi anti virus dengan interferon- α. Terapi antivirus untuk Hepatitis B kronis ini memiliki resiko terrtinggi untuk berkembangnya sirosis. Penderita imunosupresi dengan Hepatitis B kronis serta anak – anak yang terinfeksi saat lahir tampaknya tidak berespons terhadap terapi interferon.
4.      Tranplantasi hati merupakan terapi pilihan bagi penyakit stadium akhir, meskipun terdapat kemungkinan yang tinggi untuk terjadinya reinfeksi hati yang baru.


KONSEP KEPERAWATAN
A.   Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1.      Aktivitas
a.       Kelemahan
b.      Kelelahan
c.       Malaise
2.      Sirkulasi
a.       Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
b.      Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3.      Eliminasi
a.       Urine gelap
b.      Diare feses warna tanah liat
4.      Makanan dan Cairan
a.       Anoreksia
b.      Berat badan menurun
c.       Mual dan muntah
d.      Peningkatan oedema
e.       Asites
5.      Neurosensori
a.       Peka terhadap rangsang
b.      Cenderung tidur
c.       Letargi
d.      Asteriksis
6.      Nyeri / Kenyamanan
a.       Kram abdomen
b.      Nyeri tekan pada kuadran kanan
c.       Mialgia
d.      Atralgia
e.       Sakit kepala
f.       Gatal ( pruritus )
7.      Keamanan
a.       Demam
b.      Urtikaria
c.       Lesi makulopopuler
d.      Eritema
e.       Splenomegali
f.       Pembesaran nodus servikal posterior
8.      Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B.   Diagnosa dan Intervensi keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
a.       Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
b.      Intervensi
a)      Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b)      Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering
      R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c)      Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d)     Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
e)      Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
a.       Kriteria Hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
b.      Intervensi :
a)      Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri
     R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b)      Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
       - Akui adanya nyeri
       Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
     R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
c)      Berikan informasi akurat dan
       -  Jelaskan penyebab nyeri
       Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
      R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
d)     Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
     R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3.      Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
a.       Kriteria Hasil :
Tidak terjadi peningkatan suhu
b.      Intervensi
a)      Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b)      Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
      R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
c)      Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
      R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d)     Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
      R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

4.      Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
Intervensi
a.       Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
      R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b.      Sarankan klien untuk tirah baring
      R/    tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c.       Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat
      R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d.      Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
       R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan
e.       Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis

5.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
a.       Kriteria Hasil:
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
b.      Intervensi
a)      Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
      - Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
      Keringkan kulit, jaringan digosok
     R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b)      Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
      R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi
c)      Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
      R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d)     Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
      R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan


6.      Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
a.       Kriteria Hasil :
      Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
b.      Intervensi
a)      Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan tubuh
·         Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
·         Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
·         Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
      R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b)      Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
         R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi                infeksius dan mencegah transmisi penyakit
c)      Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
         R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi            infeksi
d)     Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat
         R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan          kemungkinan orang lain terinfeksi

7.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
a.       Krieteria Hasil :
Pola nafas adekuat
b.      Intervensi :
a)      Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen
b)      Auskultasi bunyi nafas tambahan
        R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c)      Berikan posisi semi fowler
               R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan           meminimalkan ukuran sekret
d)     Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
          R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e)      Berikan oksigen sesuai kebutuhan
               R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia              


Tidak ada komentar:

Posting Komentar