A.
Pengertian
1.
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar
karena reaksi hepar terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan
alkohol. (Ester monika, 2002 : 93)
2.
Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang
hati. Hepatitis
virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai
nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokomia serta seluler yang khas. (Brunner & Suddarth, 2002 :
1169)
3.
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati.
Hepatititis dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit
kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa
belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang
berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati.
sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena
tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena
adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
4.
Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada
jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik
terhadap obat – obatan serta bahan – bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
5.
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus
disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer,
2001)
6.
Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan
hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
B.
Jenis-Jenis
Hepatitis
1.
Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa,
rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam
makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini
melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik.
Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling
sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
2.
Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute
trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks. Golongan yang
beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat
injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap
darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual,
pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi
ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa
inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala
klinis.
3.
Hepatitis C
Dahulu
disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi
hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan
dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah.
Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu
yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan
kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya
adalah selama 18-180 hari.
4. Hepatitis D
Virus
ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah.
Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap
infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu
telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang
sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi
darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa
inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya
hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian
5. Hepatitis E
Virus
ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan
tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada
atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk,
dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
6. Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru
ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar
belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan
hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan
hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis
kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
C.
Etiologi
Menurut Price
dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus. Beberapa
virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1)
Virus hepatitis A (HAV)
2)
Virus hepatitis B (HBV)
3)
Virus hepatitis C (HCV)
4)
Virus hepatitis D (HDV)
5)
Virus hepatitis E (HEV)
6)
Hepatitis F (HFV)
7) Hepatitis G (HGV)
(1)
Virus
Tipe
|
Hepatitis A
|
Hepatitis B
|
Hepatitis C
|
Hepatiits D
|
Hepatitis E
|
Virus
|
Jenis hepato virus
dari picorna virus family
|
Hepadna virus
|
Virus rna
genus hepaci virius dari family flaviridae
|
Virus rna
hepatitis delta atau hdv
|
Virus
darikotoran
|
Penyebaran
|
Fekal oral
melalui orang lain
|
Parenteral
seksual, parnatal
|
Parental
jarang, seksual, orang ke orang, perinatal
|
Parental
perinatal, infeksidari hepatitis tipe B
|
Fekal oral
|
Keparahan
|
Ikerik dan
asimtomatik
|
parah
|
Menyebarluas,
dapat berkembang sampai kronis
|
Gagal hepar
akut
|
Gagal
heparakut
|
Sumber
|
Darah,
feses,saliva, hepar, empedu
|
Darah,
saliva, semen, sekresi vagina,
|
Melalui darah
|
Melalui darah
|
Darah, feses,
saliva
|
Namun dari
beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal adalah HAV (hepatitis
A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai
daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”,
sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan nonparental
(Price dan Wilson, 2005: 243).
Hepatitis pula dapat disebabkan oleh
racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi
stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik
(Sue hincliff, 2000: 205).
(2)
Alkohol
Menyebabkan
alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
(3)
Obat-obatan
Menyebabkan
toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
D. Patofisiologi
Yaitu perubahan morfologi yang
terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai virus yang berlainan. Pada
kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar dan berwarna normal, namun
kadang-kadang ada edema, membesar dan pada palpasi “terasa nyeri di tepian”.
Secara histologi. Terjadi kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis
sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan periportal.
Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda.
Namun pada beberapa kasus nekrosis, nekrosissubmasif atau masif
dapat menyebabkan gagal hati fulminan dan kematian (Price dan
Daniel, 2005: 485).
E. Manifestasi Klinis
1. Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium
yang timbul akibat proses peradangan hati akut oleh virus, yaitu
a.
Masa tunas
Virus :
15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B :
15-150 hari (rata-rata 50 hari)
b.
Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul),
nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan
pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore
hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c.
Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat,
penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera
yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah
10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu
dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
d.
Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual,
rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari
setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai
merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
2. Menurut
Arif mansjoer (2001: 513)
Berikut adalah gejala klinis dari penyakit hapatitis.
a. Stadium
praikterik
berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia,
mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas. Urin
menjadi lebih cokelat.
b. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu.
Ikterus mula-mula terlihat pada sclera,kemudian padakulit seluruh
tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia,
dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan
nyeri tekan.
c. Stadium
pascaikterik (rekonvalesensi).
Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan
pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua,
karena penyebab yang biasanyaberbeda.
3. Menurut
Sriana azis (2002: 232)
Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat, sebagai berikut.
a. Gejala yang ditimbulkan oleh virus
A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi letih, lesu, lemas dan mata menjadi
kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di perut dan punggung, hati bengkak,
bangun tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila sakitnya berkepanjangan
dapat berubah menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi kanker.
b. Virus B dan C cenderung menjadi
kronis (menahun atau gejala menjadi tetap ada sampai 6 bulan), bila dibiarkan
hati menjadi keriput (sirosis) kemudian menjadi kanker. Komplikasi sirosis
meliputi muntah darah, kanker hati dan koma.
c. Virus C tidak mempunyai gejala awal
langsung akut.
d. Gagal hepatitis meliputi sindrom
kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang otot, gerakan khoreiform,
kejang-kejang, kemudian meninggal.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Laboratorium
a.
Pemeriksaan
pigmen
- urobilirubin
direk
- bilirubun serum
total
- bilirubin urine
- urobilinogen
urine
- urobilinogen
feses
b. Pemeriksaan
protein
- protein totel
serum
- albumin serum
- globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan
serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- foto rontgen
abdomen
- pemindahan hati
denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
- kolestogram dan
kalangiogram
- arteriografi
pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan
tambahan
-
laparoskopi
-
biopsi hati
G. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada
kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik
toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan
paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada alkoholik.
H. Pencegahan
1. Terhadap virus hepatitis A
1) Penyebaran secara fekal-oral,
pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus tipe A yang sulit
ditetapkan.
2) Virus ini resisten terhadap
cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang sempurna,
kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik sangat penting. Tinja, darah,
dan urin pasien harus dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai
sekitar 2 minggu sebelum ikterus.
2. Terhadap virus hepatitis B
1) Dapat ditularkan melalaui darah dan
produk darah. Darah tidak dapt disterilkan dari virus hepatitis. Pasien
hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
2) Usaha pencegahan yang paling efektif
adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B dilakukan terhadap bayi-bayi setelah
dilakukan penyaring HBsAg pada ibu-ibu hamil.
3. Pencegahan dengan immunoglobulin
1) Pemberian immunoglobulin
(HBIg) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang baik,
sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan kegunaannya. Diberikan
dalam dosis 0,02 ml/kg BB im dan ini dapat mencengah timbulya gejala pada 80-90
%. Diberikan pada mereka yang dicurigai ada kontak dengan pasien (Arif
mansjoer, 2001: 513).
2) Imunoglobulin
(IG) dahulu disebut globulin
serum imun, diberikan sebagai perlindungan sebelum terpajan HAV. Semua
sediaan IG mengandung anti HAV. Profilaksis sebelum pejanan dianjurkan
untuk wisatawan manca negara yang akan berkunjung ke negara-negara endemis HAV.
Pemberian IG pasca pajanan bersifat efektif dalam mencegah atau mengurangi
keparahan infeksi HAV. Dosis 0,02 ml/kg diberikan sesegara mungkin atau dalam
waktu dua minggu setelah perjalanan. Inokulasi dengan IG diindikasikan
bagi anggota keluarga yang tinggal serumah, sftaf pusat penitipan anak, pekerja
di panti asuhan, dan wisatawan ke negara berkembang dan tropis (Price dan
wilson, 2005: 492).
I. Pengobatan
1. Tirah baring selama fase akut
penting di lakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya
merupakan makanan yang paling dapat di makan oleh penderita.
2. Pemberian makanan secara intra vena
mungkin perlu di berikan selama fase akut bila pasien terus menerus muntah.
Aktivitas fisik biasanya perlu di batasi hingga gejala mereda dan tes fungsi
hati kembali normal.
3. Pengobatan terpilih untuk hepatitis
B kronis atau Hepatitis C kronis simptomatik adalah terapi anti virus dengan
interferon- α. Terapi antivirus untuk Hepatitis B kronis ini memiliki resiko
terrtinggi untuk berkembangnya sirosis. Penderita imunosupresi dengan Hepatitis
B kronis serta anak – anak yang terinfeksi saat lahir tampaknya tidak berespons
terhadap terapi interferon.
4. Tranplantasi hati merupakan terapi
pilihan bagi penyakit stadium akhir, meskipun terdapat kemungkinan yang tinggi
untuk terjadinya reinfeksi hati yang baru.
KONSEP
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan
beratnya kerusakan/gangguan hati
1.
Aktivitas
a.
Kelemahan
b.
Kelelahan
c.
Malaise
2.
Sirkulasi
a.
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
b.
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3.
Eliminasi
a.
Urine gelap
b.
Diare feses warna tanah liat
4.
Makanan dan Cairan
a.
Anoreksia
b.
Berat badan menurun
c.
Mual dan muntah
d.
Peningkatan oedema
e.
Asites
5.
Neurosensori
a.
Peka terhadap rangsang
b.
Cenderung tidur
c.
Letargi
d.
Asteriksis
6.
Nyeri / Kenyamanan
a.
Kram abdomen
b.
Nyeri tekan pada kuadran kanan
c.
Mialgia
d.
Atralgia
e.
Sakit kepala
f.
Gatal ( pruritus )
7.
Keamanan
a.
Demam
b.
Urtikaria
c.
Lesi makulopopuler
d.
Eritema
e.
Splenomegali
f.
Pembesaran nodus servikal posterior
8.
Seksualitas
Pola hidup /
perilaku meningkat resiko terpajan
B.
Diagnosa dan Intervensi keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin
muncul pada penderita hepatitis :
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
a.
Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan berat
badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari
tanda-tanda mal nutrisi.
b.
Intervensi
a)
Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum
makan
R/
keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b)
Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan
makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan
saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c)
Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum
makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat
menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d)
Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan
e)
Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif
untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme
sehingga akan membebani hepar.
2.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
a.
Kriteria Hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri
fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas
dan lokasinya)
b.
Intervensi :
a)
Kolaborasi dengan individu untuk menentukan
metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis
sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati,
melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b)
Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon
klien terhadap nyeri
-
Akui adanya nyeri
- Dengarkan
dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan
pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
c)
Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan
penyebab nyeri
-
Tunjukkan
berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami
nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung
lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
d)
Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang
tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa
dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
3.
Hypertermi berhubungan dengan invasi agent
dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
a.
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi
peningkatan suhu
b.
Intervensi
a)
Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai
indikator untuk mengetahui status hypertermi
b)
Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan
yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari
buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan
evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
c)
Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan
femur
R/ menghambat pusat simpatis di
hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar
keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d)
Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang
menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab
memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.
4.
Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi
kronis sekunder terhadap hepatitis
Intervensi
a.
Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan
maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b.
Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah
baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat
digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c.
Bantu individu untuk mengidentifikasi
kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat
memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan
pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d.
Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama
24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang
berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan
dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan
e.
Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping
yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun
psikologis
5.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan
jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen
bilirubin dalam garam empedu
a.
Kriteria Hasil:
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
b.
Intervensi
a)
Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit
kering
-
Sering mandi
dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
-
Keringkan
kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas
kulit dengan merangsang ujung syaraf
b)
Cegah penghangatan yang berlebihan dengan
pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu
tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah
pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi
c)
Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien
untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan
hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d)
Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan
dingin
R/ pendinginan akan menurunkan
vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6.
Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi
berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
a.
Kriteria Hasil :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
b.
Intervensi
a)
Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi
tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan tubuh
·
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
semua klien atau spesimen
·
Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah
dan cairan tubuh
·
Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan
segera pada wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum
dengan cara apapun
R/
pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b)
Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius,
linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan
permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang
lain dari kontak dengan materi infeksius
dan mencegah transmisi penyakit
c)
Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan
sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan
kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan
organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
d)
Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk
evaluasi departemen kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk
mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan
orang lain terinfeksi
7.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi
sekret.
a.
Krieteria Hasil :
Pola nafas
adekuat
b.
Intervensi :
a)
Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya
pernafasan
R/ pernafasan
dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen
b)
Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya
akumulasi cairan
c)
Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn
menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran sekret
d)
Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam
memobilisasi lemak
e)
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah
hipoksia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar