Jumat, 16 Januari 2015

KONDILOMA AKUMINATA



A.   Pengertian
1.      Kutil Genitalis atau dengan nama lain Kondiloma Akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
2.      Kondiloma Akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Virus Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil kelamin, dan genital warts.
3.      Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan berjenjot yang disebabkan oleh virus.
4.      Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5.      Kondiloma akuminata (KA) adalah infeksi menular seksual dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa (Zubier, 2009).
                                                                                          
B.   Bentuk-Bentuk Kondiloma Akuminata
Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk :
1.      Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
2.      Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
3.      Bentuk datar (flat)
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.

C.   Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah virus papilloma. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.

D.   Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu keganasan. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin.

E.    Manifestasi
1.      Gejala awal
a.       Benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin.
b.      Gatal atau sakit di sekitar alat kelamin.
c.       Bengkak atau merah di sekitar alat kelamin.
d.      Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil.
e.        Buang air kecil lebih sering dari biasanya.
f.        Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh.
g.      Kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari.
h.      Pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dan lain-lain.
i.        PMS kadang tidak memiliki gejala.
j.        Keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
k.      Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya disebabkan oleh PMS.
l.        Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
m.    Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak.
n.      Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelarnin
o.      Kemerahan di sekitar alat kelamin.
p.      Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar.
q.      Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan menstruasi.


 
Ø  Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis. Area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat).
Ø  Pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum. kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.

F.    Pengobatan
a)      Farmakologis
1.      Kemoterapi
a.       Tingtura Podofilin 25 %
Daerah sekitarnya lebih dulu dilindungi dengan vaselin, untuk menghindari iritasi. Podofilin dicuci 6 jam kemudian. Pada lesi-lesi yang luas dan pada wanita hamil, jangan diberikan podofilin, karena obat ini bersifat toksik dan dapat menyebabkan keguguran. Juga jangan dipakai untuk pengobatan lesi dalam vagina dan serviks karena obai ini dapat diabsorbsi sehingga bersifat toksik dan dapat menyebabkan karsinoma.
b.     Podofilotoksin 0.5 %
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin. Setelah pemakaian podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut.
c.      Asam Trikloroasetat 25-50 %
Pemberiannya adalah seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan kepada wanita hamil.
d.     Krim 5-Fuorourasil 1-5 %
Obat ini terutama untuk KA yang terletak di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama dua jam setelah pengobatan.
2.     Tindakan Bedah
a.     Bedah Skalpel (eksisi)
b.     Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Biasanya efektif tetapi membutuhkan anestesi local
c.      Bedah beku (N2 N2O dan sebagainya)
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
3.     Laser karbondioksida
Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik.
Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.

b)    Non Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam pada wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat dan dioleskan pada bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman karena terbuat dari bahan-bahan alami.

G.   Patofisiologi
Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV. Hal ini berpenetrasi melalui kulit dan menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase virus laten dimulai dengan tidak ada tanda atau gejala dan dapat berakhir hingga bulan dan tahun. Mengikut fase laten, produksi DNA virus, kapsid dan partikel dimulai. Sel Host menjadi terinfeksi dan timbul atipikal morfologis koilocytosis dari kondiloma akuminata. Area yang paling sering terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks, perineum dan perineal. Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx, larynx, dan trachea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah dilaporkan di area lain yang tidak biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple juga sering dan melibatkan keadaan subklinis sebagaimana anatomi yang berdifferensiasi dengan baik. Infeksi subklinis telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan onkogenik.

H.   Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada penyakit kondiloma akuminata yaitu :
1.      Pada  wanita  dapat  terjadi  kanker  serviks.
2.      Walaupun  jara ng  pada  bayi  baru  lahir  yang  terpajan  kutil geni talia  selama  proses  kelahirannya dapat mengidap kutil esofagus.
3.      Obstruksi uretra pada laki-laki.
4.      Abortus  sponta n  pada  kehami lan.
5.      Penularan ke pasangan seksual lain

I.       Pencegahan
1.      Setia pada satu pasangan anda
2.      Hindari melakukan hubungan seksual dengan patner yang beresiko mengidap penyakit tersebut
3.      Jaga kebersihan terutama kebersihan organ kelamin
4.      Pasien wanita harus diberitahu tentang skrining sitologi serviks sesuai dengan pedoman lokal/nasional. Rekomendasi di Inggris adalah bahwa perempuan dengan kondiloma akuminata harus diskrining sesuai dengan pedoman standar.
5.      Konseling tentang PMS (Penyakit Menular Seksual) dan pencegahan penularannya.
6.      Gunakan kondom tertama bila anda memiliki patner seksual lebih dari satu. Analisis apakah kondom melindungi terhadap penularan HPV yang lebih kompleks dengan hasil yang beragam. Namun data terbaru menunjukkan bahwa penggunaan kondom laki-laki dapat melindungi perempuan terhadap penularan HPV.
7.      Segera lakukan pengobatan bila dirasa memiliki cirri-ciri penyakit diats dan beserta pasangan seksual anda agar pengobatan yang anda lakuakn tuntas dan tidak sia-sia. 

J.      Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan :
1.      Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).
2.      kolposkopi
merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.
3.      Histopatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.

KONSEP KEPERAWATAN
A.   Pengkajian
a.      Identitas pasien
b.      Riwayat keluarga
c.       Status kesehatan
a)      Status kesehatan saat ini
b)      Status kesehatan masa lalu
c)      Riwayat penyakit keluarga
d.      Pola fungsi kesehatan Gordon
      1.  Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau dapat disebabkan oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan hubungan seksual terlalu dini
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh wanita.
     3. Pola eliminasi            
     Dapat terjadi disuria serta hematuria.
      4.  Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak karena dapat terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh wanita serta pantau berat badan karena wanita dengan kanker vulva juga biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
      5. Pola kognitif – perseptual
Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
      6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat.Dimana salah satu etiologi dari kanker vulva adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
      7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker vulva sehingga harus beristirahat total.
      8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
      9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. Wanita dengan kanker vulva biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya keselamatan dirinya sendiri.
      10. Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Wanita dengan kanker vulva harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatannya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker vulva.
      11.  Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
          
B.   Diagnosa Keperawatan
1.     Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat               pendarahan
2.      Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker vulva
3.      Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker vulva
4.      Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
5.      Ansietas b/d krisis situasional
6.      Defisit perawatan diri b/d kelemahan
7.      Kerusakan integritas kulit b/d kemoterapi
8.      Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit
9.      Risiko cedera b/d kelemahan
10.    Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)





C.   Perencanaan
Dx 1            : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif                        akibat pendarahan
Tujuan         : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan                                 keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil        
1.   TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
                                                     i.     Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
                                                   ii.     Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
                                                 iii.     Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
                                                 iv.     Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2.  Membran mukosa lembab
3.  Turgor kulit baik (elastis)
4.  Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan )
5.  Ekspresi wajah pasien tidak pucat
    
NO
INTERVENSI
RASIONALISASI
1
Awasi masukan dan haluaran. Ukur volume darah yang keluar melalui pendarahan
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan yang perlu diberikan sehingga dapat mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen pada ibu dan janin.
2
Hindari trauma dan pemberian tekanan berlebihan pada daerah yang mengalami pendarahan
Mengurangi potensial terjadinya peningkatan pendarahan dan trauma mekanis pada janin
3
Pantau status sirkulasi dan volume darah ibu
Kejadian perdarahan potensial kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia
4
Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler
Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi
6
Catat respon fisiologis individual pasien terhadap pendarahan, misalnya kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat / penurunan kesadaran
Simtomatologi dapat berguna untuk mengukur berat / lamanya episode pendarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya pendarahan / tidak adekuatnya penggantian cairan
7
Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa, dan perhatikan keluhan haus pada pasien
Merupakan indikator dari status hidrasi / derajat kekurangan cairan
8
Kolaborasi :
Berikan cairan IV sesuai indikasi
Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya pendarahan (akut / kronis). Cairan IV juga digunakan untuk mengencerkan obat antineoplastik pada penderita kanker. 
9
Kolaborasi :
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan trombosit sesuai indikasi
Transfusi darah diperlukan untuk memperbaiki jumlah darah dalm tubuh ibu dan mencegah manifestasi anemia yang sering terjadi pada penderita kanker. Transfusi trombosit penting untuk memaksimalkan mekanisme pembekuan darah sehingga pendarahan lanjutan dApat diminimalisir. 
10
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya : Hb, Hct, sel darah merah
Perlu dilakukan untuk menentukan kebutuhan resusitasi cairan dan mengawasi keefektifan terapi

Dx 2            : Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker                                   vulva
Tujuan         : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri                        pasien berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil     
1.  Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
2.  Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek     samping minimal
3.    TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
                                                    i.      Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)
                                                  ii.      Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)
                                                iii.      Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
                                                iv.      Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)
4.   Ekspresi wajah pasien tidak meringis
5.   Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
6.   Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri

NO
INTERVENSI
RASIONALISASI
1
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif [catat keluhan, lokasinyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas(skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan]
Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
2
Pantau tanda - tanda vital
Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan padatanda - tanda vital
3
Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dan teknik distraksi, misalnyadengan mendengarkan musik,membaca buku, dan sentuhan terapeutik.
Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami, serta dapatmeningkatkan koping pasien
4
Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien
Memberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan kembali perhatiannya.
5
Dorong pengungkapan perasaan pasien
Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi pasien akan intensitas rasa sakit.
6
Evaluasi upaya penghilangan nyeri / kontrol  pada pasien
Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya kontrol adalah kontrol nyeri yang maksimum dengan pengaruh / efek samping yang minimum pada pasien.
7
Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
8
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker, meskipun respon individual terhadap nyeri berbeda-beda. Pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien
9
Kolaborasi untuk pengembangan rencana manajemen nyeri dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat
Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi dapat mengembangkan kesempatan pada pasien untuk mengontrol nyeri yang dialami. Terutama dengan nyeri kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.
10
Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur tambahan, misalnya pemblokan pada saraf
Mungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat (kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain

Dx 3           : Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit                                   kanker vulva
Tujuan        : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan                                 aktivitas seksual pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai dengan                             kondisi fisiologis tubuhnya
Kriteria Hasil   
1.  Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker vulva yang       dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya
 2.  Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan fungsi seksual           dan hasrat seksual dengan orang terdekat yang dialaminya

NO
INTERVENSI
RASIONALISASI
1
Dengarkan pernyataan pasien / orang terdekat
Masalah seksualitas seringkali menjadi masalah yang tersembunyi, yang seringkali diungkapkan sebagai humor / melalui pernyataan yang tidak gamblang
2
Informasikan pada pasien tentang efek dari proses penyakit kanker serviks yang dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya (termasuk di dalamnya efek samping dari pengobatan kanker yang akan dijalani) 
Pedoman antisipasi dapat membantu pasien dan orang terdekat untuk memulai proses adaptasi pada keadaan yang baru
3
Bantu pasien untuk menyadari / menerima tahap kehilangan tersebut
Mengakui proses kehilangan / perubahan pada fungsi seksual secara nyata dapat meningkatkan koping pasien
4
Dorong pasien untuk berbagi pikiran dengan orang terdekat
Komunikasi terbuka dapat membantu dalam identifikasi masalah dan meningkatkan diskusi untuk menemukan pemecahan masalah

Dx 4           : Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
Tujuan        : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas                                     pasien dapat meningkat secara optimum / fungsi tercapai
Kriteria Hasil    
1.  Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan perawat / orang       terdekat
2.  Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas

NO
INTERVENSI
RASIONALISASI
1
Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, misalnya perubahan tekanan darah dan frekuensi jantung serta pernafasan
Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, serta oksigenasi.
2
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup)
Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman
3
Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan kemampuan tidur / istirahat dengan tepat
Menentukan derajat dari ketidakmampuan pasien
4
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan / dibutuhkan
Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu dalam pemilihan intervensi
5
Identifikasi faktor stres / psikologis yang dapat memperberat
Mungkin mempunyai efek kumulatif terhadap kondisi fisik yang dapat terus berlangsung bila masalah tersebut belum diatasi
6
Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien
Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan
7
Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan, bila mungkin. Tingkatkan tingkat partisipasi pasien sesuai toleransi pasien
Meningkatkan rasa membaik dan mencegah terjadinya frustasi pada pasien
8
Rencanakan periode istirahat adekuat
Mencegah kelelahan berlebihan dan menghemat energi untuk proses penyembuhan
9
Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan derajat ketidakmampuan pasien
Memungkinkan berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan pasien
10
Dorong masukan nutrisi
Masukan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi ibu untuk beraktivitas dan pertumbuhan serta perkembangan janin 



Dx 5           : Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan        : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, ansietas                                      pasien dapat berkurang / teratasi
Kriteria Hasil   
1. TTV dalam batas normal
                                                    i. Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
                                                  ii. Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
                                                iii. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
                                                iv. Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
  2.  Pasien melaporkan bahwa ansietas / ketakutan yang dirasakannya menurun sampai             tingkat yang dapat ditangani / dikontrol
  3.  Pasien tampak lebih tenang
NO
INTERVENSI
RASIONALISASI
1
Observasi perubahan TTV, misalnya denyut nadi, frekuensi pernafasan
Perubahan pada TTV dapat menunjukkan tingkat ansietas / gangguan psikologis yang dialami pasien
2
Obervasi respon verbal dan nonverbal pasien yang menunjukkan adanya kecemasan
Kecemasan dapat ditutupi oleh pasien dengan komentar/ kemarahan yang ditunjukkan pasien kepada pemberi perawatan
3
Tinjau ulang pengalaman pasien / orang terdekat sebelumnya dengan kanker
Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan interpretasi konsep pada pengalaman kanker sebelumnya
4
Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut yang dialami serta kesalahan konsep tentang diagnosis
5
Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian
Menunjukkan rasa menghargai dan menerima pasien, dan dapat membantu meningkatkan rasa percaya pasien kepada pemberi perawatan.
6
Pertahankan kontak sering dengan pasien. Berikan sentuhan terapeutik bila perlu 
Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
7
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Meningkatkan pelepasan endorfin pada sistem saraf sehingga menimbulkan rasa tenang pada pasien dan dapatmengurangi ansietas yang dirasakan pasien
8
Berikan informasi yang akurat dan sesuai mengenai diagnosa, pengobatan, dan konsistensi prognosis penyakit pasien
Pengetahuan / informasi yang diberikan diharapkan dapat menurunkan ansietas, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan kerjasama pasien dengan pemberi perawatan
9
Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan yang tenang
Memudahkan pasien beristirahat, menghemat energi, dan meningkatkan kemampuan koping pasien
10
Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan sistem pendukung
Mengurangi perasaan isolasi. Bila sumber pendukung keluarga tidak adekuat, sumber luar dapat diberdayakan misalnya kelompok penderita kanker
11
Libatkan orang terdekat bila keputusan mayor akan dibuat
Menjamin sistem pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat

D.   Evaluasi
Evaluasi dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil dalam intervensi keperawatan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar