A.
Pengertian
1.
Sifilis
adalah penyakit infeksi oleh treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang
kronis, adanya remisi dan eksasarbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh
terutama sistem kardiovaskuler, otak dan susunan saraf, serta dapat terjadi
sifilis kongenital.
2.
Sipilis adalah salah satu penyakit infeksi menular seksual (IMS) segolongan
dengan gonorea (raja singa), penyakit herpes genital
3. Sifilis adalah infeksi
menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema
pallidum sub-spesies pallidum.
4.
Penyakit Sipilis/Sifilis adalah sejenis
penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri spirochaeta pallida yang sekarang
lazim disebut treponema pallidum. Bakteri ini berbentuk spiral berwarna putih
dan lekas mati diluar tubuh manusia.
B.
Etiologi
Penyebab infeksi sifilis
yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri
spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat empat subspecies yang sudah
ditemukan, yaitu Treponema pallidum pallidum, Treponema pallidum pertenue,
Treponema pallidum carateum, dan Treponema pallidum endemicum.
Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat menyebabkan sifilis. ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir kehamilan.
Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti lender (mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran mucosa.
Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat menyebabkan sifilis. ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir kehamilan.
Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti lender (mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran mucosa.
C.
Manifestasi
Klinis
1.
Tukak
2.
Demam
3.
Lesi
4.
Anorexia
5.
Pada
pria selalu dis ertai pembesaran kelenjar limfe ingunal medial unilateral /
bilateral
6.
Terjadi
kelainan kulit yaitu timbul berupa makula, postul dan rupia.
7. Rasa gatal di sekitar vagina
dan atau keluarnya kotoran dari vagina pada wanita.
8.
Keluarnya cairan atu kotoran dari penis pada
laki-laki.
9.
Nyeri selama hubungan seksual atu pada saat buang air
kecil.
10. Kerongkongan terasa sakit atau
ada luka kerongkongan pada orang-orang dengan oral sex.
11. Nyeri pada daerah sekitar anus
pada orang-orang dengan anal sex.
12. Luka memerah tanpa rasa sakit
pada daerah kelamin, anus, kerongkongan dan atau lidah.
13. Bintik merah pada kulit dan bersisik
pada telapak tangan dan telapak kaki.
14. Urine atau air kencing
berwarna gelap, feses berwarna terang, mata dan kulit berwarna kuning.
15. Timbul lepuh kecil pada daerah
kelamin yang berubah menjadi koreng (kerak kering pd luka).
16. Pembengkakan pada kelenjar
limfe, demam dan nyeri atau rasa sakit pada seluruh tubuh.
17. Gejala infeksi yang aneh,
lelah yang tidak dapat dijelaskan mengapa, keringat malam, berat badan menurun.
D.
Fase
Sifilis
Sifilis
dapat muncul pada satu di antara empat fase yang berbeda , yaitu stadium
primer, stadium sekunder, stadum laten, dan stadium tersier, dan bisa juga
terjadi secara congenital.
1.
Stadium
Primer
9-90
hari setelah terinfeksi. Timbul luka kecil, bundar dan tidak sakit (chancre),
tepatnya pada kulit yang terpapar atau kontak langsung dengan penderita.
2.
Stadium
sekunder
1-2
bulan kemudian, muncul gejala lain sakit tenggorokan, sakit pada bagian dalam
mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut rontok dan terdapat bintil. Beberapa
bulan kemudian akan menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan.
3.
Stadium
Laten.
Tahap
ini dikenal sebagai tahap akhir orang yang terinfeksi sifilis. Pada fase ini
chancre telah menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase
ini akan muncul gejala: kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung,
kerusakan hati, lumpuh dan gila.
4.
Stadium
Tersier.
Sifilis
tersier bisa terjadi kira-kira 3 hingga 15 tahun setelah infeksi awal, dan bisa
dibagi kedalam tiga bentuk berbeda yakni sifilis gummatous akhir,
neurosifilis,dan kardiovaskular sifilis.
Sifilis gummatous atau sifilis akhir bening biasanya terjadi 1 hingga 46 tahun setelah infeksi awal, dengan rata-rata 15 tahun. Sedangkan Neurosifilis umumnya terjadi 4 hingga 25 tahun setelah infeksi awal. Neurosifilis merujuk pada infeksi yang melibatkan sistem saraf pusat yang bisa terjadi dini, menjadi tak bergajala atau dalam bentuk dari meningitis sifilistik yang berhubungan dengan keseimbangan yang lemah dan nyeri kilat pada ekstrimitas lebih rendah. Dan Robertson adalah tempat pupil kecil bilateral menyempit ketika orang fokus pada objek dekat, tapi tidak menyempit ketika terkena cahaya terang.
Sifilis gummatous atau sifilis akhir bening biasanya terjadi 1 hingga 46 tahun setelah infeksi awal, dengan rata-rata 15 tahun. Sedangkan Neurosifilis umumnya terjadi 4 hingga 25 tahun setelah infeksi awal. Neurosifilis merujuk pada infeksi yang melibatkan sistem saraf pusat yang bisa terjadi dini, menjadi tak bergajala atau dalam bentuk dari meningitis sifilistik yang berhubungan dengan keseimbangan yang lemah dan nyeri kilat pada ekstrimitas lebih rendah. Dan Robertson adalah tempat pupil kecil bilateral menyempit ketika orang fokus pada objek dekat, tapi tidak menyempit ketika terkena cahaya terang.
5.
Kongenital
Sifilis
kogenital bawaan sejak lahir dapat terjadi selama kehamilan atau selama
kelahiran. Dua dari tiga bayi sifilis lahir tanpa gejala.
E.
Patofisiologi
Treponema
¯
Selaput lendir yang utuh
/ kulit dengan lesi.
¯
Peredaran
darah / semua organ
¯
Masa inkubasi ( ± 3 minggu) ® Makula
¯ Ulkus yang berisi
jaringan nekroti ¬ Papula
¯
Sifilis
F.
Pemeriksaan
Laboratorium
1.
Pemeriksaan
lapangan gelap (dark field).
2.
Mikroskop
fluoresensi.
3.
Penentuan
antibodi di dalam serum.
Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang
mendeteksi antibodi non spesifik, akan tetapi dapat menunjukkan reaksi dengan
IgM da juga IgG, ialah :
a. Tes yang menentukan antibodi non spesifik.
- Tes Wasserman.
- Tes Khan
- Tes VDRL ( Venereal Diseases Research
Laboratory).
- Tes RPR (Rapid Plasma Reagin).
- Tes Automated Reagin.
b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu
tes RPCF (Reiter Protein Complement Fixation)
c. Yang menentukan antibodi yaitu :
- Tes TPI (Trponema Pallidum Immobilization)
- Tes FTA ABS (Fluorecent Treponema Absorbed).
- Tes TPHA ( Treponema Pallidum
Haemagglutination Assay)
- Tes Elisa (Enzyme Linked Immuno Sorbent
Assay).
G.
Komplikasi
Komplikasi
sifilis menurut Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (1998) yaitu:
a.
Limfadenitis
inguinalis luetikum.
b.
Ulkus
durum.
c.
Dimensia
paralitika.
d.
Aneurisma
aorta luetikum.
e.
Taber
dorsalis
a)
Krisis
lambung luetik
b)
Gangguan
miksi
f.
Periostitis/osteomielitis
g.
Guma
:
a)
Otak
b)
Mulut
dan atau hidung
c)
Hepar
d)
Testis
e)
Kadang
orchitis luetika
H.
Pencegahan
1.
Cara
yang paling pasti untuk mencegah penyebaran penyakit menular seksual adalah
dengan tidak melakukan hubungan seksual.
2.
Pencegahan
yang 100% efektif adalah menikah dengan perawan yang sehat. Jika belum dapat, lampiaskan birahi dengan
melakukan masturbasi.
3.
Penggunaan
kondom dapat mengurangi risiko penularan penyakit.
4.
Pastikan
toilet yang digunakan higienis, hindari penggunaan toilet duduk di tempat umum.
5.
Segera
obati bila ada keluhan seperti di atas.
I.
Penatalaksanaan
1.
Medikamentosa
a)
Sifilis
Primer dan Sekunder
a.
Penisilin
benzalin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 juta unit / kali) dan
diberikan satu kali seminggu, atau.
b.
Penisilin
prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi inframuskular sehari
selama 10 hari, atau
c.
Penisilin
prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta
unit / kali sebanyak 2 kali seminggu.
b)
Sifilis
Laten
a.
Penisilin
Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit, atau
b.
Penisilin
6 prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari) atau
c.
Penisilin
prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2
juta unit / kali, 2 kali seminggu).
c)
Sifilis
Stactom III
a.
Penisilin
benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit, atau
b.
Penisilin
6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari) atau
c.
Penisilin
prokain ± 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (dibeirkan 1,2
juta unit / kali, 2 kali seminggu).
d)
Untuk
pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan :
a.
Tetrasiklin
5000 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.
b.
Eritromisin
500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.
e)
Untuk
pasien sifilis laten lanjut (71 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat
dierikan :
a.
Tetrasiklin
500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari, atau
b.
Eritrmisin
500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari “Obat ini tidak boleh dibeirkan kepada wanita
hamil, menyusui, dan anak-anak.
2.
Pemantauan
Serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun pertama \, dan setiap 6
bulan per tahun kedua.
3.
Non
medikamentosa
Memberikan
pendidikan kepada px dengan menjelaskan hal-hal sebagai beriut :
a.
Bahaya
PKTS dan Komplikasinya
b.
Pentingnya
mematuhi pengobatan yang diberikan.
c.
Cara
penularan PKTS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
d.
Hindari
hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat
menghindarkan lagi.
e.
Cara-cara
menghindari infeksi PKTS di masa datang.
KONSEP
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Identitas
Sifilis
bisa menyerang pada semua usia dan jenis kelamin.
2. Keluhan Utama
Biasanya
klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya
klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat
adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan.
6. Pengkajian Persistem
a. Sistem
integumen
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa
papula, makula, postula.
b. Kepala
dan Leher
Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
Mata : Pada sifilis kongenital terdapat
kelainan pada mata (keratitis inter stisial).
Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang
rawan pada hidung dan palatum.
Telinga : Pada sifilis kengenital dapat
menyebabkan ketulian.
Mulut : Pada sifilis kongenital,
gigi hutchinson(incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng).
Leher : Pada stadium II biasanya terdapat
nyeri leher.
c. Sistem
Pernafasan
d. Sistem
kardiovaskuler
Kemungkinan adanya hipertensi,
arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya.
e. Sistem
penceranaan
Biasanya terjadi anorexia pada stadium II.
f. Sistem
muskuloskeletal
Pada neurosifilis terjadi athaxia.
g. Sistem
Neurologis
Biasanya terjadi parathesia.
h. Sistem
perkemihan
Biasanya terjadi gangguan pada sistem
perkemihan.
i. Sistem
Reproduksi
Biasanya terjadi impotensi.
B.
Diagnosa
keperawatan
Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa
sifilis
1. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan
diagnosa sifilis.
Kriteria hasil : Kembalinya kulit normal.
Intervensi
1. Anjurkan menggunakan baju katun dan hindari
baju ketat.
R/
: Menurunkan iritasi
2. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk
hidrasi yang adekuat.
R/ : Untuk menyeimbangkan cairan.
3. Berikan dengan latihan rentang gerak.
R/ : Mencegah kerusakan lebih lanjut.
4. Kolaborasi dengan tim medis lain.
R/ : Untuk mempercepat proses penyembuhan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan
dengan proses peradangan.
Kriteria hasil : Nyeri berkurang
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
R/ : Untuk mengetahui rasa sakit akut dan
ketidaknyamanan.
2. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi.
R/ : Tekhnik distraksi dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman
R/ : posisi yang nyaman dapat meningkatkan
relaksasi sehingga membantu menurunkan nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
golongan penisilin.
R/ : Memberikan penurunan rasa nyeri.
3. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
infasi kuman.
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36 – 37o)
Intervensi
1. Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis.
R/ : Agar terjadi pemindahan panas.
2. Pantau suhu tubuh pasien
R/ : Mengetahui adanya infeksius akut.
3. Beri pasien kompres hangat.
R/ : Untuk menurunkan suhu tubuh.
4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
anti piretik.
R/ : Untuk mengurangi demam / menurunkan suhu tubuh
4. Gangguan gambaran diri sehubungan dengan
anatomi kulit dan bentuk tubuh.
Kriteria hasil :
- dapat mengungkapkan penerimaan pada diri
sendiri dalam situasi.
- Mengenali penggabungan peruaban dalam konsep
diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negatif.
Intervensi
1. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan
perasaannya termasuk rasa marah.
R/ : Membantu pasien untuk mengenal dan mulai
memahami perasaan.
2. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan
berdandan yang baik.
R/ : Membantu peningkatkan [erasaan harga diri dan
kontrol atas salah satu bagian kehidupan.
3. Dorong orang terdekat agar memberi
kesempatan pada klien melakukan sesuatu untuk dirnya sendiri.
R/ : membangun kembali rasa kemandirian dan
menerima kebanggan diri sendiri dan meningkatkan proses rehabilitasi.
C.
Evaluasi
1. Apakah
integritas kulit klien sudah kembali normal / baik ?
2. Apakah
gangguan rasa nyaman (nyeri) klien teratasi ?
3. Apakah
suhu tubuh klien kembali normal ?
4. Apakah
gangguan gambaran diri klien sudah teratasi ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar