Jumat, 16 Januari 2015

MENINGITIS

A.   Pengertian
1.      Meningitis adalah radang pada membran pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang secara kesatuan disebut meningen.
2.      Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
3.      Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme Pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
4.      Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
5.      Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono., 2003).
6.      Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut. (Anonim, 2007).

B.   Etiologi
1.      Bakteri
a.       Mycobacterium tuberculosa
b.      Diplococcus pneumoniae (pneumokok)
c.       Neisseria meningitis (meningokok)
d.      Streptococus haemolyticuss
e.       Staphylococcus aureus
f.       Haemophilus influenzae
g.      Escherichia coli
h.      Klebsiella pneumoniae
i.        Peudomonas aeruginosa
2.      Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3.      Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4.      Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
5.      Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6.      Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan
                        Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Penumococcus, Meningococcus, Hemophilus influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella. (Japardi, Iskandar., 2002)                    Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :
1.      Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes
2.      Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.
3.      Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus.

C.   Klasifikasi 
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1.      Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2.      Meningitis purulenta 
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

D.    Patofisiologi
1.      Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel/bergerak/mengalir melalui subarachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak serta sumsum tulang belakang
2.      direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
3.      Organisme (virus/bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis memasuki cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.
4.      Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar)
5.      Mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, cairan otak dan ventrikel.
6.      Eksudat yang terbentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan menyebabkan hydricephalus.

E.     Manifestasi klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1.      Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2.      Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3.      Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a.       Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b.      Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c.       Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4.      Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5.      Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6.      Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7.      Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

F.    Komplikasi
1.      Hidrosefalus obstruktif
2.      MeningococcL Septicemia (mengingocemia)
3.      Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
4.      SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.      Efusi subdural
6.      Kejang
7.      Edema dan herniasi serebral
8.      Cerebral palsy
9.      Gangguan mental
10.  Gangguan belajar
11.  Attention deficit disorder.

G.   Faktor Resiko
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan meningitis, antara lain :
1.      Usia, banyak kasus meningitis terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
2.      Beberapa pada lingkungan sosial dimana kontak sosial banyak berlangsung sehingga mempermudah penyebaran faktor penyebab meningitis, contohnya sekolah, kamp militer, kampus, dsb.
3.      Kehamilan. Jika sedang hamil, terjadi peningkatan listeriosis – infeksi yang disebabkan oleh bakteri listeria yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jika memiliki listeriosis, maka janin dalam kandungan juga memiliki risiko yang sama.
4.      Bekerja dengan hewan ternak dimana juga dapat meningkatkan risiko listeria yang juga dapat meningkatkan risiko meningitis.
5.      Memiliki sistem imun yang lemah.

H.    Pemeriksaan Diagnostik
1.      Analisis CSS dari fungsi lumbal
a.       Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b.      Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2.      Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3.      LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.      Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5.      Elektrolit darah : Abnormal.
6.       ESR/LED : meningkat pada meningitis
7.      Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8.      MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9.      Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

I.       Terapi
Tujuan terapi adalah menghilangkan infeksi dengan menurunkan tanda-tanda dan gejala serta mencegah kerusakan neurologik seperti kejang, tuli, koma dan kematian.
Prinsip umum terapi
1.      Pemberian cairan, eletrolit, antipiretik, analgesik, dan terapi penunjang lain yang penting untuk pasien penderita meningitis akut
2.      Terapi antibiotika empirik harus diberikan  sesegera mungkin untuk menghilangkan mikroba penyebab. Terapi antibiotik harus paling tidak selama 48-72 jam atau sampai diagnosa ditegakkan
3.      Meningitis yang disebabkan oleh S pneumonia, N meningitidis, H influenza dapat sukses diterapi dengan antibiotik selama 7-14 hari. Pemberian lbih lama, 14-21 hari direkomendasikan untuk pasien yang terinfeksi L monocytgees, Group B streptococci dan basil G enterik. Terapi seharusnya secara idividu dan beberapa pasien mungkin memerlukan terapi antibiotik lebih lama.
                                                               
Terapi Farmakologi
1.      Peningkatan inflamasi selaput otak akan meningkatkan penetrasi antibiotik. Masalah penetrasi AB dapat diatasi dengan pemberian AB langsung secara intratekal, intrasisternal, atau intraventrikuler.
2.      Faktor2 yang memperkuat penetrasi ke CSS adalah BM yang rendah, molekul yang tidak terion, kearutan dalam lemak, dan ikatan protein yang kecil.
3.      Deksametason sebagai terapi adjuvan, juga sering digunakan pada kasus meningitis anak, karena dapat menyebabkan perbaikan yang nyata pada konsentrasi glukosa dan laktat CSS serta juga mnurunkan dengan nyata kejadian gangguan neurologi yang umum berkaitan dengan meningitis
4.      The american academy of pediatric menyarankan penggunaan deksa untuk bayi dan anak berusia 2 bulan atau lebih tua yang menderita meningitis pneumokokus dan meningitis H influenza. Dosis umum deksa Iv adalah 0,15 mg/kg setiap 6jam selama 4 hari. Atau deksa 0,15 mg/kg setiap 6jam untuk 2 hari atau 0,4 mg/kg setiap 12 jam untuk 2 hari, efektifitasnya sebandig dan kurang menimbulkan toksisitas potensial.
5.      Deksa harus diberikan sebelum dosis pertama AB dan Hb dan tinja guaiak (pucat) harus dimonitor untuk mengethui pendarahan saluran cerna.

J.      Penatalaksanaan
1.     Obat Anti Infeksi (meningitis Tuberkulosa)
a.     Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500mg selama 1 setengah tahun.
b.     Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.3.
c.      Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama3 bulan.
2.     Obat anti-infeksi (meningitis bakterial)
a.     Sefalosporin generasi ketiga
b.     Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
c.      Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
3.     Pengobatan simtomatis
a.     Antikonvulsi
a)     Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis
b)    rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB
c)     fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari
d)    Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
b.     Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis
c.      Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebri.
d.     Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
e.      Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik : pemberian tambahan volume cairan intravena

K.   Pencegahan
1.      Menjaga Kebersiahan.
Penyakit meningitis dapat dicegah dengan cara meningkatkan kebersihan. Yang paling penting adalah teknik mencuci tangan yang tepat.
Ø  Cuci tangan dengan sabun dan air hangat.
Ø  Gosok tangan dalam kurun waktu10-20 detik, pastikan membersihkan tepat dibawah kuku.
Ø  Bersihkan dengan air hangat yang mengalir.
Ø  Kemudian keringkan tangan menggunakan handuk.
2.      Menutup hidung saat bersin atau batuk.
3.      Hindari berbagi gelas, cangkir, botol air yang digunakan pada waktu olahraga atau rekreasi, rokok dll.
4.      Mencuci tangan yang benar sangat diperlukan untuk menghilangkan kontaminasi tinja setelah BAB, mengganti popok dan sebagainya.
5.     Gunakanlah anti biotik saat bersama dengan orang orang yang terjangkit virus. Hal ini digunakan untuk mencegah mudahnya vius radang selaput otak menyebar.

L.    Penanganan
1.      Apabila ada tanda-tanda dan gejala gejala tersebut, maka secepatnya penderita dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang intensif. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan labratorium yang meliputi test darah (elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru akan membantu tim dokter dalam mendiagnosa penyakit. Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah diduga meningitis adalah pemeriksaan Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput otak).
2.      Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis, maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.
3.      Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau Ceftriaxone.
4.      Treatment atau therapy lainnya adalah yang mengarah kepada gejala yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan lain sebagainya.

M. Pengobatan
1.      Meningitis bakterial, umur <2 bulan :
a.       Cephalosporin Generasi ke 3, atau
b.      Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari dan Chloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis
2.      Meningitis bakterial, umur >2 bulan :
a.       Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari dan Chloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis, atau
b.      Sefalosporin Generasi ke 3
c.       Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5 mg/KgBB IV dibagi dalam 3 dosis, selama 3 hari. Diberikan 30 menit sebelum pemberian antibiotika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar