A.
Pengertian
1. Stroke atau cerebrovascular
accident (CVA) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu.
2. Stroke atau cedera
cerebrovaskular (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak (Smeltzer & Bare, 2002).
3.
Stroke
adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
4.
Stroke adalah setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran
darah melalui sistem suplai arteri otak (Price & Wilson. 2006)
B.
Jenis-jenis Stroke
Ada dua jenis
utama stroke :
1.
Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi bila pembuluh darah yang memasok
darah ke otak tersumbat. Jenis stroke ini yang paling umum (hampir 90% stroke
adalah iskemik).
Kondisi yang mendasari stroke iskemik adalah penumpukan
lemak yang melapisi dinding pembuluh darah (disebut aterosklerosis). Kolesterol, homocysteine dan zat lainnya dapat melekat pada dinding
arteri, membentuk zat lengket yang disebut plak. Seiring waktu, plak menumpuk.
Hal ini sering membuat darah sulit mengalir dengan baik dan menyebabkan bekuan
darah (trombus).
Stroke iskemik dibedakan berdasarkan penyebab sumbatan
arteri :
a.
Stroke trombotik. Sumbatan disebabkan trombus yang berkembang di
dalam arteri otak yang sudah sangat sempit.
b.
Stroke embolik. Sumbatan disebabkan trombus, gelembung udara atau
pecahan lemak (emboli) yang terbentuk di bagian tubuh lain seperti jantung dan
pembuluh aorta di dada dan leher, yang terbawa aliran darah ke otak. Kelainan
jantung yang disebut fibrilasi atrium dapat menciptakan kondisi di mana trombus
yang terbentuk di jantung terpompa dan beredar menuju otak.
2.
Stroke hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor
atau pecah di dalam atau di sekitar otak sehingga menghentikan suplai darah ke
jaringan otak yang dituju. Selain itu, darah membanjiri dan memampatkan
jaringan otak sekitarnya sehingga mengganggu atau mematikan fungsinya.
Ada dua jenis stroke hemoragik
:
a.
Perdarahan intraserebral. Perdarahan di dalam otak
yang disebabkan oleh trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah
(aneurisma atau angioma). Jika tidak disebabkan oleh salah satu kondisi
tersebut, paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi kronis. Perdarahan intraserebral menyumbang
sekitar 10% dari semua stroke, tetapi memiliki persentase tertinggi penyebab
kematian akibat stroke.
b.
Perdarahan subarachnoid. Perdarahan dalam ruang
subarachnoid, ruang di antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan tengah
(arachnoid mater) dari jaringan selaput otak (meninges). Penyebab paling umum
adalah pecahnya tonjolan (aneurisma) dalam arteri. Perdarahan subarachnoid
adalah kedaruratan medis serius yang dapat menyebabkan cacat permanen atau
kematian. Stroke ini juga satu-satunya jenis stroke yang lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pada pria.
C.
Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare
(2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu :
1.
Thrombosis
yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
2.
Embolisme
serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain.
3.
Iskemia
yaitu penurunan aliran darah ke area otak
4.
Hemoragi
serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian
diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan
kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau
sensasi.
Faktor resiko terjadinya stroke
menurut Mansjoer (2000) adalah:
1.
Yang
tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke,
penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
2.
Yang
dapat diubah : hipertensi, diabetes
mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan
hematokrit meningkat.
D.
Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada
oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada stroke di otak
mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi
dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling
sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan
peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui
empat mekanisme, yaitu :
1.
Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan
penyempitan sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat,
selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
2.
Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan
bocornya darah ke kejaringan (hemorrhage).
3.
Pembesaran
sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
4.
Edema
serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri
mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah dan baru setelah
stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan darah
secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi
suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai
pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur
anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi
pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran
darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi
edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah
tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan
tekanan darah arteri.. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang
tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan
jaringan secara permanen.
E.
Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price
& Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke yaitu :
1.
kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau
salah satu sisi tubuh
2.
hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran,
penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata
3.
pusing dan pingsan
4.
nyeri kepala mendadak tanpa kasus yang jelas
5.
bicara tidak jelas (pelo)
6.
sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
7.
tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
8.
ketidakseimbangan dan terjatuh
9.
hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
F.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah :
1.
Hipoksia
serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi
otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin
serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan.
2.
Penurunan
aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada
aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3.
Embolisme
serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke
otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal.
Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
G.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis menurut
menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi :
1.
Diuretik
untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari
setelah infark serebral.
2.
Antikoagulan
untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskuler.
3.
Antitrombosit
karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan
embolisasi.
H.
Pencegahan
Berikut
adalah 10 langkah yang dapat Anda lakukan guna menghindarkan diri dari serangan
stroke :
1.
Hindari dan hentikan kebiasaan merokok
Kebiasaan ini
dapat menyebabkan atherosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah) dan
membuat darah Anda menjadi mudah menggumpal.
2.
Periksakan tensi darah secara rutin
Tekanan darah yang tinggi bisa membuat pembuluh darah Anda mengalami tekanan ekstra. Walaupun
tidak menunjukkan gejala, ceklah tensi darah secara teratur.
Kalau Anda
memiliki gejala atau gangguan jantung seperti detak yang tidak teratur atau
kadar kolesterol tinggi, berhati-hatilah karena hal itu akan meningkatkan
risiko terjadinya stroke. Mintalah saran dokter untuk langkah terbaik.
4.
Atasi dan kendalikan stres dan depresi
Stres dan
depresi dapat menggangu bahkan menimbulkan korban fisik. Jika tidak teratasi,
dua hal ini pun dapat menimbulkan problem jangka panjang.
5.
Makanlah dengan sehat
Anda mungkin
sudah mendengarnya ribuan kali, namun penting artinya bila Anda disiplin
memakan sedikitnya lima porsi buah dan sayuran setiap hari. Hindari makan
daging merah terlalu banyak karena lemak jenuhnya bisa membuat pembuluh darah
mengeras. Konsumsi makanan berserat dapat mengendalikan lemak dalam darah.
6.
Kurangi garam
Karena garam
akan mengikatkan tekanan darah.
7.
Pantau berat badan Anda
Memiliki
badan gemuk atau obes akan meningkatkan risiko Anda mengalami tekanan darah
tinggi, penyakit jantung dan diabetes, dan semuanya dapat memicu terjadinya
stroke.
8.
Berolahraga dan aktif
Melakukan
aktivitas fisik secara teratur membantu Anda menurunkan tensi darah dan
menciptakan keseimbangan lemak yang sehat dalam darah.
9.
Kurangi alkohol
Meminum
alkohol dapat menaikkan tensi darah, oleh karena itu menguranginya berarti
menghindarkan Anda dari tekanan darah tinggi.
10. Mencari
Informasi
Dengan
mengikuti perkembangan informasi tentang kesehatan, banyak hal penting yang
diperoleh guna menghindari kemungkinan atau menekan risiko stroke.
Berhati-hatilah, beragam hormon termasuk pil dan terapi penggantian hormon HRT
diduga dapat membuat darah menjadi kental dan cendrung mudah menggumpal
I.
Penanganan
Bila Anda
telah terkena stroke ringan, dokter akan memberikan obat-obatan pencegah
penggumpalan darah untuk mengurangi risiko berulangnya stroke, yaitu anti-koagulan
dan anti-platelet. Aspirin adalah jenis obat yang paling banyak diberikan pada
pasien pasca stroke.
J.
Pemeriksaan Diagnosis
Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
pada penyakit stroke adalah :
1.
Angiografi
serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
2.
CT-scan:
memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3.
Pungsi
lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli
serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan
iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial.
Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya
proses inflamasi.
4.
MRI (Magnetic
Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark,
hemoragik, dan malformasi arteriovena.
5.
Ultrasonografi
Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6.
EEG (Electroencephalography) : mengidentifikasi
penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi
yang spesifik.
7.
Sinar X : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis
interna terdapat pada thrombosis serebral.
K.
Pengobatan
1.
Antitrombotik
Oral : Aspirin, Dipiridamol, Ticlopidin, Clopidogrel, Triofusa, Cilostazol
2.
Antikoagulan
a.
Oral
: Warfarin b. Parenteral : Heparin dan
LMWH
3.
Pengobatan
Statin : Simvastatin, Atorvastati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar