gadis lugu itu membawa malapetaka
sebutan yang sering ia dnegarkan
merintih dalam gelapnya malam
dengan sehelai kain kusam ditangannya
bergulat dikeramaian pasar
demi mengobati perut kosong
ia terpaksa tanpa berpikir panjang
ironis dalam kehidupan
air matanyayang jatuh
tanda perih itu semakin menjalar
menuju titik rapuh dalam misi
dan melenyapkan catatan abu
apalagi yang harus dikorbankan
ketika seluruh jiwa telah hangus
terbakar oleh api cemburu
didalam kehangatan rumah teman
selimut basah ini menghujam nalar
menyanyat hati suci
dengan alibi sempit orang-orang yang terlihat pintar
dia membuang ludah percuma
karena kebencian peluh yang tak terbayar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar