Senin, 14 Desember 2015

Karya Puisiku 180

gadis lugu itu membawa malapetaka
sebutan yang sering ia dnegarkan
merintih dalam gelapnya malam
dengan sehelai kain kusam ditangannya

bergulat dikeramaian pasar
demi mengobati perut kosong
ia terpaksa tanpa berpikir panjang
ironis dalam kehidupan

air matanyayang jatuh
tanda perih itu semakin menjalar
menuju titik rapuh dalam misi
dan melenyapkan catatan abu

apalagi yang harus dikorbankan
ketika seluruh jiwa telah hangus
terbakar oleh api cemburu
didalam kehangatan rumah teman

selimut basah ini menghujam nalar
menyanyat hati suci
dengan alibi sempit orang-orang yang terlihat pintar
dia membuang ludah percuma
karena kebencian peluh yang tak terbayar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar