Rabu, 18 November 2015

GN. KASUR | SITUS BUKIT BATU KASUR



  “Mungkin tanggal 7-8 November Nde bisanya A” balasku pada kaka pemandu lewat chatting. Tak usah dibahas lagi siapa sosok asli kaka pemandu itu, sudah aku beberkan berkali-kali dicerita sebelumnya hehe.. Namun sepertinya ia agak sedikit kecewa karena keinginannya untuk hiking ke Gn. Kasur pada tanggal 31okt-01nov ngga jadi, gara-garanya sih karena aku ngga bisa. Padahalkan kalo aku ngga ikut juga ngga apa-apa toh masih banyak yang lainnya juga? Ini mah akunya harus ikut terus. Yowes apa boleh buat? Waktu yang bentrok memang sangat menyebalkan dimana kita harus menggugurkan salah satu diantaranya dengan ribuan konsekuensi yang didapat. Entah apa yang dipikirkan kaka pemandu yang satu ini, ia maksa banget buat aku harus ikut, mungkin karena kekurangan orang kali yah biar ngga ganjil gitu. Tapi iya syukur deh dia masih mau nunggu waktu, lagiankan aku juga belum pernah hiking kesana jadi pengen tau juga sih ngebayar rasa penasaran juga iyah sekalian silaturahmi sama alam ciptaanNya disana.
06 November 2015, malam harinya aku siap-siap membereskan barang-barang yang akan dimasukan kedalam ransel besarku. “Berangkat jam berapa besok?” Tanya Aneu. “Abis dzuhurlah biar rada nyantei” jawabku tanpa menoleh kearahnya. Keesokan harinya ketika adzan dzuhur telah bergema tetapi jiwa ini seakan tak mau untuk beranjak dari tempat tidur. “Heh mau jadi hiking ngga ini teh? Malah tidur mulu. Udah siang woiii. Banguuuuuuunnn….” Teriak Aneu sambil menggoyahkan tubuhku.
Pukul 13.00 wib pun telah terlewati “Mau berangkat jam berapa sih ini udah jam 1 lewat takutnya keburu ujan gede?” bawelnya Aneu. “Iyeh ini juga mau berangkat ko lagian udah beres kan takutnya ada yang ketinggalan” alasanku. “Mau bawa payung ngga? Atau kamu bawa jas ujan?” so care nya si Aneu hihi.. “Ngga usahlah ribet” acuhnya aku. “Dipayungi ampe depan yah” ucap Aneu sambil membuka payung besar yang kiranya muat untuk 3orang mah. Aku hanya menatap langit hitam yang sudah jelas diguyur hujan gerimis sejak tadi siang, dengan firasat sepertinya tidak akan nanjak sehabis ashar nih. “Beneran mau hiking ujan-ujan gini Nde?” Tanya Mbak Lastri pramuniaga butik di sebelah tempat kerjaku. Akupun menoleh kearah suara itu datang “Udah siap-siap gini masa ngga jadi sih?” candaku sambil mencolek genit pada wanita yang sudah berkepala 3 itu. “Hati-hati yah jangan lupa oleh-olehnya?” pinta Mbak Lastri. Waduh? Emangnya buah tangan abis hiking ke Gn apaan? Air gunung? Atau baju kotor? Atau mungkin makanan sisa? Hahaa ada-ada aja, iya mungkin beberapa buah foto yang tak bisa dimakan itulah buah tangannya.
Saat menunggu bis dihalte sembari meneduh, aku melihat beberapa street punk dengan style khasnya mereka berlari kecil sambil berbicara dengan kata-kata serta kalimat yang membuat semua orang yang ada disekitar area itu serta pedagang kaki limapun memandangi mereka dengan wajah kebingungan “Ayok kalo lu berani kite balik lagi buat ngejelasin semua” “Apa-apaan tadi nusuk perut beberapa kali kek ginian” “Anjing loh pada taek semua ngga punya nyali” itulah beberapa kalimat yang mereka lontarkan, yang aku dengar dan masih ingat. Toh ada masalah apa gitu yah ngga jelas banget apalagi saat gerimis kek gini? Selang beberapa menit ada segerombol orang yang sepertinya sedang mengejar anak-anak street punk itu. Ah entahlah ada-ada saja, mungkin ini yang namanya meramaikan khasanah kehidupan agar lebih berwarna. Hahaha.. Atau mungkin bisa dijadikan sebuah lelucon agar semua tertawa mendengarnya, ataupun dijadikan bahan berita agar semua orang membicarakan hal yang sepele itu. Yahh gimana aja nyari cara biar kehidupan ini kagak monoton mah.
Macet oh macet, ini adalah hal yang paling menyebalkan, tapi ahsudahlah.. Ada bahan mengingkari dari rencana nih mau nanjak abis ashar, kemungkinan sih abis maghrib sembari nunggu ujannya reda? Aku hanya menarik nafas panjang dan menatap kearah jendela yang tersapu air hujan. “Hayoh masih dimana?” pesan singkat yang ku terima dari kaka pemandu “Masih dijalan kejebak macet” balasku.
Sesampainya di pasar Cipanas tempat pemberhentian bis yang aku tumpangi, akupun langsung mengunjungi warnet kaka pemandu, dimana tempat itulah kita semua berkumpul setiap kali sebelum memulai nanjak. “Assalamualaikum” ucapku setiba ditempat itu. Serentakan jawaban salam terdengar merdu dipendengaranku. “Tadinya mau disusul kedepan, eh taunya udah nyampe sini aja” kata A Agus, yang aku anggap dia adalah kaka pemandu kedua ketika aku hiking untuk yang pertama kalinya, tapi sekarang? Iya masih nganggep kaka pemandu juga sih cuma bedanya sekarang sedikit ngerasa kayak lebih dekat kek punya kaka cowo aja hehe.. “Iyah tuh tadinya mau dijemput pake motor” tembal A Utong si kaka pemandu pertama yang bawelnya abis-abisan. Xixixi..
Aku hanya tersenyum dan menyodorkan telapak tanganku tanda hormat atas kedatanganku yang mungkin mereka tunggu-tunggu, melihat kearah jarum jam dipergelangan tanganku telah menunjukan pukul ±17.35 wib akupun langsung meminta izin untuk melaksanakan ibadah shalat ashar, “Mau shalat ashar jam segini? Bentar lagi juga maghrib Nde” ucap Ubun. Menurut aku sih lebih baik terlambatlah daripada sama sekali ngga shalat, lagian Allah juga pasti ngerti kok dalam keadaanku yang abis terjebak macet tadi.
Sehabis shalat maghrib kitapun langsung berbincang-bincang panjang lebar ngaler ngidul apalagi ada kehadiran teman baru nih cewe namanya Yuni, ia baik udah gitu cantik lagi. Ahh pokoknya kesemsem deh, eh? Astagfirullah sadar Nde! Haha.. abis nungguin kaka pemandu yang entah kemana perginya lama. Gema adzan isyapun berkumandang dan kita masih stay disini belum berangkat juga? Hemm benar-benar keluar jauh dari rencana haha dasar orang Endonesa lagi-lagi jam ngaret.
Akhirnya kita berangkat nanjak pukul ±08.30 wib. Mungkin karena faktor gelap karena nanjak malam hari atau mungkin kaka pemandu kita itu lupa atau bagaimanalah aku engga paham, kita sempat tersesat dulu nyari-nyari jalan untuk menuju puncak, haduh aya-aya wae ieu mah duh? Kumaha kaka pemandu teh malah menyesatkan ini mah? Haha pisss ahh.. Beberapa menit kaka pemandu nyari jalan buat menerobos akhirnya ketemu dan kita sampai dikaki bukit. Dengan penerangan yang kaka pemandu bawa seadanya kita berjalan dengan perlahan dan sangat hati-hati, jalan menanjak dan licin dengan sedikit celah batu dan sedikit bekas tanah pijakan tanpa ada pegangan pohon disampingnya ditambah lagi  tanah merah yang lembek membuat sandal ataupun sepatu yang kita pakai menjadi lebih berat. Inilah tantangan menggiurkan yang harus aku hadapi pada hiking kali ini, meski aku harus merelakan pakaian dan jari-jari kuku menjadi kotor, tapi aku menyukai hal semacam ini. Berani kotor itu baik.
Kali ini aku mengkhawatirkan Yuni saat melihat trek yang lumayan membangunkan nyali, setelah tadi dibase camp sempat bertanya padanya “Sebelumnya pernah hiking juga?” tanyaku “Belum pernah, sebenarnya sih aku ngga terlalu suka adventure, kek maen-maen ke hutan semacam itu ngga suka sih” jawabnya “Lah? Terus sekarang kamu mau..” “Iyah ini sih cuma nyoba-nyoba aja pengen tau gitu sambil ketemu dan nemenin Yuri juga” selanya. Aku hanya berjalan dibelakangnya untuk jaga-jaga takut sesuatu yang tidak diinginkan menimpanya, namun aku lebih memajukan positif thingking semoga hal buruk semacam itu jauh dari dirinya. Aaamiinn doaku. Hellow Nde!!! Kamu lebih merhatiin keadaan orang laen dibandingin keadaan kamu sendiri? Aneh yah. Ngaca dong keadaan kamu kek gimana? So di strong-strongin kamu mah lah lucu ajig. Inget ngga sih sama orang yang pernah bilang ini sama kamu “Kamu mah so kuat padahal rapuh” ?. inget kagak? Iyah Nde inget, tapi udah ah ngga mau inget kalimat menyesatkan itu lagi, suka bikin down aja. Bukannya hidup itu harus beraroma positif thingking?
Diluar dugaanku ternyata Yuni begitu strong. Be better them yeach!! Tapi iya wajarlah orang dia bawaannya cuma sedikit ngga keliatan beratnya juga. Haha.. tapi untuk orang yang tidak terlalu suka adventure kek Yuni ini aku salut sama dia dan ku ucapkan Great! ditambah 4 jempol deh buat kasih apresiasinya. Hehe..
Namun rasa kasian dan khawatir ini menyelimutiku saat melihat Ubun yang lagi-lagi harus diawasi sama kaka pemandu ketika berjalan memapah jalan, takutnya terjadi apa-apa. Ayok semangat 97 Ubun!! You can do it Bun!! Pengen teriak da buat nyemangatin Ubun tapi sayangnya udah malem takut mengganggu makhluk-makhluk diarea itu. Hihi.. Agak diserem-seremin ahh biar ada kesan horornya gitu akakak..
Sebelum kita menuju puncak bukit Gn. Kasur, dipersimpangan inilah terlebih dahulu kita mengunjungi surau atau saung tempat persinggahan sementara, ditempat ini terdapat WC nya plus banyaknya kabel terminal yang terpasang di dinding kayu. Waahhh.. bisa charger handphone nih? Hihi.. duduk-duduk santai tuk lepaskan lelah dengan disuguhi pemandangan kilauan cahaya dari lampu-lampu kota yang menyala dimalam hari dari atas ketinggian. Subhanallah.. menyalakan kompor untuk sekedar membuat kopi panas agar menghangatkan aroma dalam tubuh sejenak, beberapa makanan ringanpun terkumpul membulat dalam lingkaran manusia-manusia yang sedang kelelahan, tak lama dari itu penjaga/pengurus tempat ini datang menghampiri kita, bersalaman dengan ramah, aku hanya menatapnya tersenyum kecil dari kejauhan meski sempat aku digubris tuk menghampiri namun aku hanya mengabaikannya dengan pendengaran kosong.
Kedua kaka pemandu begitu asyik berbincang-bincang dengan pengurus tempat ini yang aku ngga tau siapa namanya, dan aku tidak ikut masuk dalam obrolannya, mungkin mereka membicarakan tentang permintaan izin untuk ngecamp di bukit Gn. Kasur ataupun sekedar bersilaturahmi bertukar cerita, entahlah.. Maka dari itu untuk mengisi kekosongan dimalam ini aku, Ubun, Yuni, dan juga Teh Mpi memainkan sebuah permainan abjad klasik yang hanya menggunakan beberapa jari tangan ataupun kaki, iyaps! Nama gamesnya adalah Gagarudaan. Apakah kalian pernah mendengar permainan semacam ini? Haha.. pokoknya kita harus menebak suatu hal (sebelum memulai permainan kita membuat sebuah judul yang sudah disepakati bersama terlebih dahulu. Contohnya Nama-nama band, iklan tv, judul lagu dll. Dan juga membuat sebuah konsekuensi apabila ada yang tidak bisa menebak/menjawabnya contohnya lagi kek dijepat gitu atau tidak boleh makan kue haha sadis amat yak?) dari abjad yang telah dipilih. Terkesan konyol memang namun ini sangat seru, sampai kita tertawa terbahak-bahak, apalagi ketika menunggu Yuni yang selalu saja lama untuk menebak dan menjawabnya meski udah dikasih kode dan bocoran, haha.. dasar Yuni mungkin baru kali ini kali yah kamu memainkan permainan konyol seperti ini? Hihi.. Dan jika tidak bisa menjawab konsekuensinya adalah kena jepatan dari setiap pemain yang mampu menjawab. Dan lagi-lagi Yuni yang paling sering kena jepatan, duh kasian juga yah baru aja gabung udah banyak kenanya, inget kalo dia itu anak batur jadi jangan terlalu banyak diheureuyan nanti dikeroyok keluarganya baru tau rasa haha ampuuuunnn deh Yun hihi..
Mungkin karena terihat asyiknya kita sampai-sampai kaka pemandu pun ikut bergabung otak untuk berpikir menebak abjad dalam permainan tersebut, dan pada saat itu kita mengambil tema permainannya Menebak judul lagu, sampe-sampe kaka pemandu buka playlist lagunya di handphone biar agak cepetan nebaknya ahhh curang nih, kita aja yang mainnya ngga buka playlist loh hihi..
Malam semakin larut, kita pun langsung bergegas meninggalkan saung yang terbuat dari pipihan bambu ini untuk menuju puncak bukit Gn. Kasur. Tak membutuhkan waktu yang sangat lama kitapun sampai dipuncaknya. Waaahhh pemandangannya lebih indah dari sebelumnya, lagi-lagi kilauan cahaya kota terlihat jelas diatas puncak ini membuatku semakin takjub dengan ciptaanNya.
Akupun langsung membantu kaka pemandu untuk memasangkan tenda, aku kira kita bakalan pasang dua tenda ternyata cuma satu loh? Lah trus nanti kaka pemandu pada tidur dimana? Ternyata mereka rela tidur diluar menggunakan banner. Ajib! So rela gitu? Tapi ngga tau emang sayang buat ngeluarin modal buat sewa tenda lagi gitu? haha.. akhirnya tendapun sudah terpasang. Ubun, Yuni, dan Teh Mpi pun langsung memasuki tenda. Aku masih berada diluar tenda hanya untuk membantu kaka pemandu membuat api unggun yang lumayan agak sulit dinyalakan dikarenakan kayu-kayu tak ada yang kering. Terus mencoba menghidupkan api unggun meski asap-asap jahat membuat mataku berair dan tersumbatnya jalan nafas. “Haha ciiee nangis..” ucap kaka pemandu yang melihatku sedikit agak aneh “Ihh perih bukan nangis” jawabku cuek.
Malam ini aku hanya menatap kosong api dengan semilir angin kecil yang berlarian tak karuan. Cuaca yang mendukung tanpa ada rintikan air hujan, membuatku tak ingin masuk tenda hingga menjelang pagi, meski sudah berulang kali kaka pemandu menyuruhku untuk tidur dan masuk ke dalam tenda, namun aku hanya menggelengkan kepala dan lanjut bermain dengan percikan api yang yang menghangatkan. “Emangnya belum ngantuk?” tanyanya “Belum sih, tapi kayaknya ngga bakal tidur” jawabku “Kebiasaan gadang nih” tembalnya. Aku hanya nyengir aja tanpa ada jawaban lainnya.
“Dimakan dulu mie cup nya Yun, kamu belum makan kan.?” tawarku sambil menyodorkan mie cup yang sudah terisi air panas. “Ngga ah terimakasih” jawabnya sambil fokus kembali memainkan handphone nya. Beberapa jam kemudian, mie cup yang aku buatkan ngga sedikitpun disentuh oleh Yuni, ahh.. Yuni mah gitu udah mah aku buatin tapi ngga dimakan. Sayang loh mie nya, daripada mubazir ngga ada yang makan yaudah sih aku yang makan aja lagian nih perut udah agak berisik aja hihi.. Eh ternyata air didalam mie cup nya udah surut aja, yahhh ngga enak dong ngga ada airnya? Mana mie nya masih keras lagi. Udah gitu persediaan air didalam botol udah abis, ishh? Menyebalkan harus ngambil air dulu kebawah lumayan jauh juga, gelap gini lagi mana udah pukul 2 pagi. Apa boleh buat? Dengan terpaksa aku harus turun kebawah buat ngambil air, sendirian? Iyah tadinya. Namun tak lama kaka pemandu nyusul dari belakang buat nemenin aku kebawah ngambil air. “Padahal mah ngga apa-apa A, Nde berani ko sendiri” tuturku. Ia hanya mengabaikan gubrisanku, dan terus menyoroti lampu kebawah agar tidak salah mengambil pijakan kaki saat berjalan.
Ahh gilaaa, ini aku harus makan mie cup jam segini? Ini waktu udah kelewat malam menjelang pagi loh, harusnya dipake tidur bukannya ngunyah makanan hoho.. Disela-sela saat aku makan mie cup, A Agus mengajakku untuk bermain sebuah permainan sugesti, awalnya sih aku kebingungan. Loh kok kenapa bisa ketebak? Eh ternyata setelah aku cari-cari dan aku ulik dengan rasa penasaranku kok kenapa bisa seperti itu dan akhirnya aku mengetahui rahasianya. Yihiii.. ada-ada aja kaka pemandu yang satu ini. Lumayanlah sedikit menghibur dipagi buta ini. “Coba aja tadi teh bawa kartu remi, jadi bisa sekalian maen juga” ucap A Agus yang mungkin merasa akan lebih seru bila memainkan sebuah permainan konyol itu. “Iyah naha atuh A” jawabku “Puguhan lupa kirain teh ngga bakalan kayak gini” tuturnya.
Waktupun menunjukan pukul 04.00 wib. Muka-muka pucat dan mata-mata merah yang layu sudah terlihat jelas pada raut wajah kaka pemandu. Mungkin ia terlalu memaksakan untuk tidak tidur karena menemaniku yang sama sekali tidak mengantuk dan susah untuk disuruh tidur. Gema shalawat dan puji-pujian dari rumah Allah terdengar sampai puncak, pertanda adzan subuh sebentar lagi akan berkumandang dengan merdu dan indahnya. Aku, Ubun, Yuni dan Teh Mpi pun langsung menuju kebawah untuk bersiap-siap menjalankan ibadah shalat subuh. Ketika kita meninggalkan kaka pemandu berdua dipuncak sepertinya mereka langsung tertidur pulas gitu deh, kasian sih liatnya juga pasti mereka kurang tidur gitu. “Masih jam 4 yah? Nde tidur dulu yah bentaran. Nanti bangunin deh jam 5an yah sambil nunggu air dikeran nyala ” ucapku sambil telungkup disaung yang terbuat dari pipihan bambu ini, semilir angin yang kuat masuk kedalam tubuhku dari bawah celah-celah bambu ini. Sumpah sebenarnya ngga kuat buat telungkup, tapi gimana lagi kalo ngga tidur takutnya pusing lagi. Hoho..
“Nde bangun Nde..” suara-suara itu melayang dan menghantui dalam pikiranku yang setengah terlelap “Nde bangun udah jam 5 ayok shalat subuh dulu” ucap Ubun sambil menggoyahkan tubuhku. Aku pun terbangun dengan menggigilnya, dinginnya pagi itu membuatku seakan kaku. Dan akhirnya akupun memaksakan untuk membuka mata. “Airnya masih belum ada juga yah? Aduhh..” rengekku dalam keadaan setengah sadar. “Iyah iih belum ada gimana atuh mau wudhunya juga?” tembal Teh Mpi. Akupun menyalakan semua keran air yang tersedia disana, dan tidak ada setetespun air yang keluar, terus saja aku utak-atik dan aku coba-coba memperbaiki saluran pipa airnya, akhirnya ada satu keran air yang menyala, hufftt.. Alhamdulillah.. akhirnya ada air juga. Allah selalu baik pada hambaNya yang benar-benar punya keyakinan yang kuat untuk mewujudkan sesuatu, karena Allah tidak pernah lepas untuk melihat setiap perjuangan dari perjalanan hidup seseorang. Aku langsung memberitahu teman-teman yang lain bahwa mata air sudah ada. Aku mempersilahkan mereka wudhu untuk terlebih dahulu.
Sehabis shalat subuh kitapun langsung bergegas menuju ke atas puncak lagi. Dan sekarang giliran kaka pemandu yang menuju kebawah untuk menjalankan ibadahnya. Ubun, Yuni, dan Teh Mpi langsung membuka bekal makanannya untuk sarapan, sedangkan aku hanya mengeksplore disekitar area dengan kamera video yang tersedia dihandphoneku, tanpa aku memikirkan sarapan pagi ini.
Pagi ini mentari menyinari alamnya hanya beberapa menit saja setelah itu hilang lagi tertutup awan hitam yang mendung, namun tak mematahkan semangat pagiku. Kita semuapun beranjak pergi, tak lupa sebelumnya kita merapihkan kembali tenda serta membereskan sampah-sampah yang berserakan dimana-mana. Okesipp, semua bersih lagi seperti semula. Cusss ngeng.. menuju situs batu kasur yang jaraknya tidak terlalu jauh dari puncak bukit Gn. Kasur ini.
Disetengah perjalanan menuju situs budaya, aku menemukan seekor anak kucing hitam bercorak putih yang lucu namun terlihat tak terurus, namanya juga kucing gunung kali yah jadi dirawatnya sama dia sendiri tanpa ada kucing lainnya yang menemani. Asyik! Haha.. aku gendong aja tuh anak kucing ampe puncak situs batu kasur, dia cuma ngeong-ngeong ngga jelas gitu, dikasih makan malah ogah ngga tau pengen apalah, tapi pas aku usap-usap ku manjain dia sama jemariku dia nampak tenang dan diam, mungkin kenyamanan seperti inikah yang dia inginkan? Aih lebay.. ternyata kucing aja bisa ngalay yeh? Hihi.. saat aku ninggalin tuh kucing ditempat waktu awal aku ngambil eh dia malah ngikut aku coba? Idih tuh kucing udah demen sama aku kali yah? Haha abis ngikutin sih, dipikir-pikir agak mistis juga yah? Haha ngawur deh aku, otak horor dasar!
Meresapi aroma alam disekitar sini membawaku termakan akan nuansa yang berbeda, terbuangnya jiwa-jiwa kelam, merasakan ketenangan didalam hangatnya mentari yang ditemani semilir angin menyejukan lara. Aku merasa hidup lagi didalam kesucian jiwa. Inginkan kesejukan ini kubawa hingga mati, tanpa adanya jerit pilu dan rintihan kegelapan yang terdengar didalam batin yang retak ini.
 “Awas Nde uleeeeeerrr!!!!” Teriak Teh Mpi “Hah? Uler mana?” kagetku. Semua orangpun kaget. Kaka pemandu yang sudah berjalan terlebih dahulu dengan cepat menengok kearah belakang “Udah ngga ada, kebawah tuh ulernya. Tadi pas Nde nginjek tanah itu ulernya langsung keluar dari tanah gitu” jelas Teh Mpi. Untung aja tuh uler ngga gigit aku, aku hanya menarik nafas panjang tuk mengatur pernafasanku.
Mengambil jalan yang berbeda untuk menuju saung tempat persinggahan, mata kita disegarkan oleh sebuah rumah klasik ala Jawa buatan Jepara dengan arsitektur adat zaman dulu. Ini sungguh murni, kerenlah dizaman yang udah modernnya minta ampun kek gini masih aja ada rumah adat yang utuh dan kebersihannya terjaga, sangat terawat juga meski tidak ada barang-barang yang mencolok atau barang sejarahlah hanya sebuah rumah kosong tanpa benda, namanya juga mungkin untuk dibudayakan yah? Tapi kalian tau ngga? Awalnya yeh saat pertama aku liat nih rumah nganggepnya rumah kosong ngga berpenghuni, kek rumah-rumah horor gitulah.. hahaha abis coraknya jadul banget sih udah gitu dari warnanya gelap kek gada lampu-lampu pijar gitu.. Eh syukur masih ada pengurusnya dan yang nempatin nih rumah. Salut dah nyali si ibu sama si bapaknya yang mampu tinggal disini.
Wisss ini bener-bener ngaprak aku suka aku suka.. udah mah ngelewatin hutan, kebon, bebatuan, jalan tebing setapak, jalan lika-liku plus bulak-belok, jalan licin+lembek dan juga yang agak ekstrem ngelewatin anak tangga kayu yang sangat banyak dan tinggi sekali. Ini yang baru. Seperti kehidupan yang banyak rasanya. Perjalanan.
Setelah puas melihat-lihat situs batu kasur ini, kitapun kembali turun dan menuju saung tempat persinggahan untuk beristirahat makan siang dengan nasi liwet. Hihi asyik akhirnya makan liwet juga, udah mulai lapeeeeerrrrr!! Kukurubukan nih hehe.. Lah? Dikirain kita bakalan masak dulu buat liwetan. Nahloh kok ini malah dibikinin sama istrinya penjaga tempat disini sih? Hoho.. Jadi intinya kita tinggal makan aja gitu? tanpa harus riribeutan masak dulu? Hihi.. yowes tak apalah ngikut rencana kaka pemandu aja deh, toh udah ada yang ngatur ini hehe..
Ini ngga salah bikin nasi liwet 1 kastrol gede banget+banyak amat nasinya? Emangnya bakalan abis? Haha.. Kutuang nasi liwet secentong demi secentong pada daun pisang untuk alas makan kita, ditambah ikan teri serta sambal ulek yang menggiurkan. Eeeeemmhhh… sambelnya bikin ngiler gilaaaaa. Nah disinilah kegalauanku hadir, antara makan sambel atau ngga. Kalo makan sambel pasti bakalan muntah lewat bawah ngga henti-henti yang ada repot bulak-balik kamar mandi lagi haduhhh emang dasarnya udah dilarang keras makan yang pedes-pedes lagi. Tapi apa boleh buat? Tanganku udah gatel buat nyolek tuh sambel dan yapsss akhirnya sesuatu yang tak ingin terjadi terjadilah haha aku makan sambelnya, mantep gilaaaaaa pedeeeessss tingkat dewa. Sensasi yang berlebihan ini, udah keluar dari batas dosis pedas bagiku. Aaaaaahhh… obat mana obat??? Perutku berontak! Akupun dengan segera meminum obat analgesik untuk meringankan gejala ini. Yahh gitu efek sampingnya kantuk hoho, udah mah makan liwet disemilir angin sejuk diterangnya mentari ditambah lagi makannya kan disaung bambu, udah gitu didepannya banyak ditanami tanaman-tanaman kecil yang baru tumbuh bak seumur jagung, apalagi udah cacapean gini, lengkaplah sudah mantep kalo buat ditidurin mah hehe.. Eh aku beneran tidur loh? Lah kirain cuma gogoleran doang, loh tau-taunya malah bamblas ketiduran, ah dasar ngefek nih pelor (nempel molor) xixixi..
Setelah berlama-lama istirahat dan ngobral-ngobrol disaung ini, akhirnya kita pamitan pulang pada pengurus tempat ini serta menghanturkan banyak terimakasih atas sajian masakan liwetnya, meskipun sederhana yang penting banyak cinta. Kayak judul lagu? Toet tetetoet toet tetetoet…. Haha korban acara Tv nih?
“Gudubrug gudubrug gudubrug Aaaaaa…” gemuruh suara itu terdengar dari arah belakangku “Ubuuuuunn…” teriakku. “Bun ngga kenapa-kenapa? Ada yang sakit ngga yang mana? Sepatunya mau diganti sama sandal Nde ngga? Atau carrielnya mau gantian sama Nde?” tawarku dengan penuh khawatir “Gausahlah Nde makasih” jawabnya simple dengan raut wajah menyimpan rasa yang tak karuan, meski aku tau betul sebenarnya Ubun itu merasakan kesakitan yang ia tahan sendiri tanpa memberitahu yang sesungguhnya pada orang lain.
Sesampainya di base camp. Aih so base camp atuh? Haha.. Iyah diwarnetnya kaka pemandulah tempat persinggahan. Aku dan Ubunpun ngikut shalat dzuhur disana sebelum pulang, iyah biar rada nyanteilah selama diperjalanan menuju pulang. “Kalem we atuh muni rusuh mau pulang ge” tutur kaka pemandu. Eh bukannya gitu takut kejebak macet lagi euh ini mah yah.. Setelah semuanya selesai rapi-rapi aku dan Ubun pun pamit pulang. Kitapun kembali kerumah masing-masing dengan jalan yang berbeda.
“Hati-hati dijalannya, kalo ada orang yang ngga kenal ngajak ngobrol jangan diladenin, soalnya lagi musim hipnotis” kurang lebih gitulah pesan singkat yang ku terima dari kaka pemandu saat aku berada didalam bis. Haha sumpah aku ngakak banget baca pesan yang A Utong kirim ke aku itu. Yang ada juga bukan orang laen nyang ngajak ngobrol aku, tapi malahan aku yang suka duluan ngajak ngobrol orang laen. Haduhhh.. ada-ada aja ini mah ahh. Karena kalian tidak tau betapa betenya didalam kendaraan umum selama berjam-jam apalagi ditambah macet parah, meskipun itu berAC.

TAMAT

Mau tau hasil jeprat-jepretnya?

Mau tau hasil videonyah?

terimakasih sudah melihat dan menonton video absurd saya hehe 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar