“Mungkin
tanggal 7-8 November Nde bisanya A” balasku pada kaka pemandu lewat chatting.
Tak usah dibahas lagi siapa sosok asli kaka pemandu itu, sudah aku beberkan
berkali-kali dicerita sebelumnya hehe.. Namun sepertinya ia agak sedikit kecewa
karena keinginannya untuk hiking ke Gn. Kasur pada tanggal 31okt-01nov ngga
jadi, gara-garanya sih karena aku ngga bisa. Padahalkan kalo aku ngga ikut juga
ngga apa-apa toh masih banyak yang lainnya juga? Ini mah akunya harus ikut
terus. Yowes apa boleh buat? Waktu yang bentrok memang sangat menyebalkan
dimana kita harus menggugurkan salah satu diantaranya dengan ribuan konsekuensi
yang didapat. Entah apa yang dipikirkan kaka pemandu yang satu ini, ia maksa
banget buat aku harus ikut, mungkin karena kekurangan orang kali yah biar ngga
ganjil gitu. Tapi iya syukur deh dia masih mau nunggu waktu, lagiankan aku juga
belum pernah hiking kesana jadi pengen tau juga sih ngebayar rasa penasaran juga
iyah sekalian silaturahmi sama alam ciptaanNya disana.
06
November 2015, malam harinya aku siap-siap membereskan barang-barang yang akan
dimasukan kedalam ransel besarku. “Berangkat jam berapa besok?” Tanya Aneu.
“Abis dzuhurlah biar rada nyantei” jawabku tanpa menoleh kearahnya. Keesokan
harinya ketika adzan dzuhur telah bergema tetapi jiwa ini seakan tak mau untuk
beranjak dari tempat tidur. “Heh mau jadi hiking ngga ini teh? Malah tidur
mulu. Udah siang woiii. Banguuuuuuunnn….” Teriak Aneu sambil menggoyahkan
tubuhku.
Pukul
13.00 wib pun telah terlewati “Mau berangkat jam berapa sih ini udah jam 1
lewat takutnya keburu ujan gede?” bawelnya Aneu. “Iyeh ini juga mau berangkat
ko lagian udah beres kan takutnya ada yang ketinggalan” alasanku. “Mau bawa
payung ngga? Atau kamu bawa jas ujan?” so care nya si Aneu hihi.. “Ngga usahlah
ribet” acuhnya aku. “Dipayungi ampe depan yah” ucap Aneu sambil membuka payung
besar yang kiranya muat untuk 3orang mah. Aku hanya menatap langit hitam yang
sudah jelas diguyur hujan gerimis sejak tadi siang, dengan firasat sepertinya
tidak akan nanjak sehabis ashar nih. “Beneran mau hiking ujan-ujan gini Nde?”
Tanya Mbak Lastri pramuniaga butik di sebelah tempat kerjaku. Akupun menoleh
kearah suara itu datang “Udah siap-siap gini masa ngga jadi sih?” candaku sambil
mencolek genit pada wanita yang sudah berkepala 3 itu. “Hati-hati yah jangan
lupa oleh-olehnya?” pinta Mbak Lastri. Waduh? Emangnya buah tangan abis hiking
ke Gn apaan? Air gunung? Atau baju kotor? Atau mungkin makanan sisa? Hahaa
ada-ada aja, iya mungkin beberapa buah foto yang tak bisa dimakan itulah buah
tangannya.
Saat
menunggu bis dihalte sembari meneduh, aku melihat beberapa street punk dengan
style khasnya mereka berlari kecil sambil berbicara dengan kata-kata serta
kalimat yang membuat semua orang yang ada disekitar area itu serta pedagang
kaki limapun memandangi mereka dengan wajah kebingungan “Ayok kalo lu berani
kite balik lagi buat ngejelasin semua” “Apa-apaan tadi nusuk perut beberapa
kali kek ginian” “Anjing loh pada taek semua ngga punya nyali” itulah beberapa
kalimat yang mereka lontarkan, yang aku dengar dan masih ingat. Toh ada masalah
apa gitu yah ngga jelas banget apalagi saat gerimis kek gini? Selang beberapa
menit ada segerombol orang yang sepertinya sedang mengejar anak-anak street
punk itu. Ah entahlah ada-ada saja, mungkin ini yang namanya meramaikan
khasanah kehidupan agar lebih berwarna. Hahaha.. Atau mungkin bisa dijadikan
sebuah lelucon agar semua tertawa mendengarnya, ataupun dijadikan bahan berita
agar semua orang membicarakan hal yang sepele itu. Yahh gimana aja nyari cara
biar kehidupan ini kagak monoton mah.
Macet
oh macet, ini adalah hal yang paling menyebalkan, tapi ahsudahlah.. Ada bahan
mengingkari dari rencana nih mau nanjak abis ashar, kemungkinan sih abis
maghrib sembari nunggu ujannya reda? Aku hanya menarik nafas panjang dan
menatap kearah jendela yang tersapu air hujan. “Hayoh masih dimana?” pesan
singkat yang ku terima dari kaka pemandu “Masih dijalan kejebak macet” balasku.
Sesampainya
di pasar Cipanas tempat pemberhentian bis yang aku tumpangi, akupun langsung mengunjungi
warnet kaka pemandu, dimana tempat itulah kita semua berkumpul setiap kali
sebelum memulai nanjak. “Assalamualaikum” ucapku setiba ditempat itu.
Serentakan jawaban salam terdengar merdu dipendengaranku. “Tadinya mau disusul
kedepan, eh taunya udah nyampe sini aja” kata A Agus, yang aku anggap dia
adalah kaka pemandu kedua ketika aku hiking untuk yang pertama kalinya, tapi
sekarang? Iya masih nganggep kaka pemandu juga sih cuma bedanya sekarang sedikit
ngerasa kayak lebih dekat kek punya kaka cowo aja hehe.. “Iyah tuh tadinya mau
dijemput pake motor” tembal A Utong si kaka pemandu pertama yang bawelnya
abis-abisan. Xixixi..
Aku
hanya tersenyum dan menyodorkan telapak tanganku tanda hormat atas kedatanganku
yang mungkin mereka tunggu-tunggu, melihat kearah jarum jam dipergelangan tanganku
telah menunjukan pukul ±17.35 wib akupun langsung meminta izin untuk
melaksanakan ibadah shalat ashar, “Mau shalat ashar jam segini? Bentar lagi
juga maghrib Nde” ucap Ubun. Menurut aku sih lebih baik terlambatlah daripada
sama sekali ngga shalat, lagian Allah juga pasti ngerti kok dalam keadaanku
yang abis terjebak macet tadi.
Sehabis
shalat maghrib kitapun langsung berbincang-bincang panjang lebar ngaler ngidul
apalagi ada kehadiran teman baru nih cewe namanya Yuni, ia baik udah gitu
cantik lagi. Ahh pokoknya kesemsem deh, eh? Astagfirullah sadar Nde! Haha..
abis nungguin kaka pemandu yang entah kemana perginya lama. Gema adzan isyapun
berkumandang dan kita masih stay disini belum berangkat juga? Hemm benar-benar keluar
jauh dari rencana haha dasar orang Endonesa lagi-lagi jam ngaret.
Akhirnya
kita berangkat nanjak pukul ±08.30 wib. Mungkin karena faktor gelap karena
nanjak malam hari atau mungkin kaka pemandu kita itu lupa atau bagaimanalah aku
engga paham, kita sempat tersesat dulu nyari-nyari jalan untuk menuju puncak,
haduh aya-aya wae ieu mah duh? Kumaha kaka pemandu teh malah menyesatkan ini
mah? Haha pisss ahh.. Beberapa menit kaka pemandu nyari jalan buat menerobos
akhirnya ketemu dan kita sampai dikaki bukit. Dengan penerangan yang kaka
pemandu bawa seadanya kita berjalan dengan perlahan dan sangat hati-hati, jalan
menanjak dan licin dengan sedikit celah batu dan sedikit bekas tanah pijakan
tanpa ada pegangan pohon disampingnya ditambah lagi tanah merah yang lembek membuat sandal
ataupun sepatu yang kita pakai menjadi lebih berat. Inilah tantangan
menggiurkan yang harus aku hadapi pada hiking kali ini, meski aku harus
merelakan pakaian dan jari-jari kuku menjadi kotor, tapi aku menyukai hal
semacam ini. Berani kotor itu baik.
Kali
ini aku mengkhawatirkan Yuni saat melihat trek yang lumayan membangunkan nyali,
setelah tadi dibase camp sempat bertanya padanya “Sebelumnya pernah hiking
juga?” tanyaku “Belum pernah, sebenarnya sih aku ngga terlalu suka adventure,
kek maen-maen ke hutan semacam itu ngga suka sih” jawabnya “Lah? Terus sekarang
kamu mau..” “Iyah ini sih cuma nyoba-nyoba aja pengen tau gitu sambil ketemu
dan nemenin Yuri juga” selanya. Aku hanya berjalan dibelakangnya untuk
jaga-jaga takut sesuatu yang tidak diinginkan menimpanya, namun aku lebih
memajukan positif thingking semoga hal buruk semacam itu jauh dari dirinya. Aaamiinn
doaku. Hellow Nde!!! Kamu lebih merhatiin keadaan orang laen dibandingin
keadaan kamu sendiri? Aneh yah. Ngaca dong keadaan kamu kek gimana? So di
strong-strongin kamu mah lah lucu ajig. Inget ngga sih sama orang yang pernah
bilang ini sama kamu “Kamu mah so kuat padahal rapuh” ?. inget kagak? Iyah Nde
inget, tapi udah ah ngga mau inget kalimat menyesatkan itu lagi, suka bikin
down aja. Bukannya hidup itu harus beraroma positif thingking?
Diluar
dugaanku ternyata Yuni begitu strong. Be better them yeach!! Tapi iya wajarlah
orang dia bawaannya cuma sedikit ngga keliatan beratnya juga. Haha.. tapi untuk
orang yang tidak terlalu suka adventure kek Yuni ini aku salut sama dia dan ku
ucapkan Great! ditambah 4 jempol deh buat kasih apresiasinya. Hehe..
Namun
rasa kasian dan khawatir ini menyelimutiku saat melihat Ubun yang lagi-lagi
harus diawasi sama kaka pemandu ketika berjalan memapah jalan, takutnya terjadi
apa-apa. Ayok semangat 97 Ubun!! You can do it Bun!! Pengen teriak da buat
nyemangatin Ubun tapi sayangnya udah malem takut mengganggu makhluk-makhluk
diarea itu. Hihi.. Agak diserem-seremin ahh biar ada kesan horornya gitu
akakak..
Sebelum
kita menuju puncak bukit Gn. Kasur, dipersimpangan inilah terlebih dahulu kita
mengunjungi surau atau saung tempat persinggahan sementara, ditempat ini
terdapat WC nya plus banyaknya kabel terminal yang terpasang di dinding kayu.
Waahhh.. bisa charger handphone nih? Hihi.. duduk-duduk santai tuk lepaskan
lelah dengan disuguhi pemandangan kilauan cahaya dari lampu-lampu kota yang
menyala dimalam hari dari atas ketinggian. Subhanallah.. menyalakan kompor
untuk sekedar membuat kopi panas agar menghangatkan aroma dalam tubuh sejenak,
beberapa makanan ringanpun terkumpul membulat dalam lingkaran manusia-manusia
yang sedang kelelahan, tak lama dari itu penjaga/pengurus tempat ini datang
menghampiri kita, bersalaman dengan ramah, aku hanya menatapnya tersenyum kecil
dari kejauhan meski sempat aku digubris tuk menghampiri namun aku hanya
mengabaikannya dengan pendengaran kosong.
Kedua
kaka pemandu begitu asyik berbincang-bincang dengan pengurus tempat ini yang
aku ngga tau siapa namanya, dan aku tidak ikut masuk dalam obrolannya, mungkin
mereka membicarakan tentang permintaan izin untuk ngecamp di bukit Gn. Kasur
ataupun sekedar bersilaturahmi bertukar cerita, entahlah.. Maka dari itu untuk
mengisi kekosongan dimalam ini aku, Ubun, Yuni, dan juga Teh Mpi memainkan
sebuah permainan abjad klasik yang hanya menggunakan beberapa jari tangan
ataupun kaki, iyaps! Nama gamesnya adalah Gagarudaan. Apakah kalian pernah
mendengar permainan semacam ini? Haha.. pokoknya kita harus menebak suatu hal (sebelum
memulai permainan kita membuat sebuah judul yang sudah disepakati bersama
terlebih dahulu. Contohnya Nama-nama band, iklan tv, judul lagu dll. Dan juga
membuat sebuah konsekuensi apabila ada yang tidak bisa menebak/menjawabnya
contohnya lagi kek dijepat gitu atau tidak boleh makan kue haha sadis amat yak?)
dari abjad yang telah dipilih. Terkesan konyol memang namun ini sangat seru,
sampai kita tertawa terbahak-bahak, apalagi ketika menunggu Yuni yang selalu
saja lama untuk menebak dan menjawabnya meski udah dikasih kode dan bocoran,
haha.. dasar Yuni mungkin baru kali ini kali yah kamu memainkan permainan
konyol seperti ini? Hihi.. Dan jika tidak bisa menjawab konsekuensinya adalah
kena jepatan dari setiap pemain yang mampu menjawab. Dan lagi-lagi Yuni yang
paling sering kena jepatan, duh kasian juga yah baru aja gabung udah banyak
kenanya, inget kalo dia itu anak batur jadi jangan terlalu banyak diheureuyan
nanti dikeroyok keluarganya baru tau rasa haha ampuuuunnn deh Yun hihi..
Mungkin
karena terihat asyiknya kita sampai-sampai kaka pemandu pun ikut bergabung otak
untuk berpikir menebak abjad dalam permainan tersebut, dan pada saat itu kita
mengambil tema permainannya Menebak judul lagu, sampe-sampe kaka pemandu buka
playlist lagunya di handphone biar agak cepetan nebaknya ahhh curang nih, kita
aja yang mainnya ngga buka playlist loh hihi..
Malam
semakin larut, kita pun langsung bergegas meninggalkan saung yang terbuat dari
pipihan bambu ini untuk menuju puncak bukit Gn. Kasur. Tak membutuhkan waktu
yang sangat lama kitapun sampai dipuncaknya. Waaahhh pemandangannya lebih indah
dari sebelumnya, lagi-lagi kilauan cahaya kota terlihat jelas diatas puncak ini
membuatku semakin takjub dengan ciptaanNya.
Akupun
langsung membantu kaka pemandu untuk memasangkan tenda, aku kira kita bakalan
pasang dua tenda ternyata cuma satu loh? Lah trus nanti kaka pemandu pada tidur
dimana? Ternyata mereka rela tidur diluar menggunakan banner. Ajib! So rela gitu?
Tapi ngga tau emang sayang buat ngeluarin modal buat sewa tenda lagi gitu?
haha.. akhirnya tendapun sudah terpasang. Ubun, Yuni, dan Teh Mpi pun langsung
memasuki tenda. Aku masih berada diluar tenda hanya untuk membantu kaka pemandu
membuat api unggun yang lumayan agak sulit dinyalakan dikarenakan kayu-kayu tak
ada yang kering. Terus mencoba menghidupkan api unggun meski asap-asap jahat
membuat mataku berair dan tersumbatnya jalan nafas. “Haha ciiee nangis..” ucap
kaka pemandu yang melihatku sedikit agak aneh “Ihh perih bukan nangis” jawabku
cuek.
Malam
ini aku hanya menatap kosong api dengan semilir angin kecil yang berlarian tak
karuan. Cuaca yang mendukung tanpa ada rintikan air hujan, membuatku tak ingin
masuk tenda hingga menjelang pagi, meski sudah berulang kali kaka pemandu
menyuruhku untuk tidur dan masuk ke dalam tenda, namun aku hanya menggelengkan
kepala dan lanjut bermain dengan percikan api yang yang menghangatkan. “Emangnya
belum ngantuk?” tanyanya “Belum sih, tapi kayaknya ngga bakal tidur” jawabku “Kebiasaan
gadang nih” tembalnya. Aku hanya nyengir aja tanpa ada jawaban lainnya.
“Dimakan
dulu mie cup nya Yun, kamu belum makan kan.?” tawarku sambil menyodorkan mie
cup yang sudah terisi air panas. “Ngga ah terimakasih” jawabnya sambil fokus
kembali memainkan handphone nya. Beberapa jam kemudian, mie cup yang aku
buatkan ngga sedikitpun disentuh oleh Yuni, ahh.. Yuni mah gitu udah mah aku
buatin tapi ngga dimakan. Sayang loh mie nya, daripada mubazir ngga ada yang
makan yaudah sih aku yang makan aja lagian nih perut udah agak berisik aja
hihi.. Eh ternyata air didalam mie cup nya udah surut aja, yahhh ngga enak dong
ngga ada airnya? Mana mie nya masih keras lagi. Udah gitu persediaan air
didalam botol udah abis, ishh? Menyebalkan harus ngambil air dulu kebawah
lumayan jauh juga, gelap gini lagi mana udah pukul 2 pagi. Apa boleh buat?
Dengan terpaksa aku harus turun kebawah buat ngambil air, sendirian? Iyah
tadinya. Namun tak lama kaka pemandu nyusul dari belakang buat nemenin aku
kebawah ngambil air. “Padahal mah ngga apa-apa A, Nde berani ko sendiri”
tuturku. Ia hanya mengabaikan gubrisanku, dan terus menyoroti lampu kebawah
agar tidak salah mengambil pijakan kaki saat berjalan.
Ahh
gilaaa, ini aku harus makan mie cup jam segini? Ini waktu udah kelewat malam
menjelang pagi loh, harusnya dipake tidur bukannya ngunyah makanan hoho.. Disela-sela
saat aku makan mie cup, A Agus mengajakku untuk bermain sebuah permainan
sugesti, awalnya sih aku kebingungan. Loh kok kenapa bisa ketebak? Eh ternyata
setelah aku cari-cari dan aku ulik dengan rasa penasaranku kok kenapa bisa
seperti itu dan akhirnya aku mengetahui rahasianya. Yihiii.. ada-ada aja kaka
pemandu yang satu ini. Lumayanlah sedikit menghibur dipagi buta ini. “Coba aja
tadi teh bawa kartu remi, jadi bisa sekalian maen juga” ucap A Agus yang
mungkin merasa akan lebih seru bila memainkan sebuah permainan konyol itu.
“Iyah naha atuh A” jawabku “Puguhan lupa kirain teh ngga bakalan kayak gini”
tuturnya.
Waktupun
menunjukan pukul 04.00 wib. Muka-muka pucat dan mata-mata merah yang layu sudah
terlihat jelas pada raut wajah kaka pemandu. Mungkin ia terlalu memaksakan
untuk tidak tidur karena menemaniku yang sama sekali tidak mengantuk dan susah
untuk disuruh tidur. Gema shalawat dan puji-pujian dari rumah Allah terdengar
sampai puncak, pertanda adzan subuh sebentar lagi akan berkumandang dengan
merdu dan indahnya. Aku, Ubun, Yuni dan Teh Mpi pun langsung menuju kebawah
untuk bersiap-siap menjalankan ibadah shalat subuh. Ketika kita meninggalkan
kaka pemandu berdua dipuncak sepertinya mereka langsung tertidur pulas gitu
deh, kasian sih liatnya juga pasti mereka kurang tidur gitu. “Masih jam 4 yah?
Nde tidur dulu yah bentaran. Nanti bangunin deh jam 5an yah sambil nunggu air
dikeran nyala ” ucapku sambil telungkup disaung yang terbuat dari pipihan bambu
ini, semilir angin yang kuat masuk kedalam tubuhku dari bawah celah-celah bambu
ini. Sumpah sebenarnya ngga kuat buat telungkup, tapi gimana lagi kalo ngga
tidur takutnya pusing lagi. Hoho..
“Nde
bangun Nde..” suara-suara itu melayang dan menghantui dalam pikiranku yang
setengah terlelap “Nde bangun udah jam 5 ayok shalat subuh dulu” ucap Ubun
sambil menggoyahkan tubuhku. Aku pun terbangun dengan menggigilnya, dinginnya
pagi itu membuatku seakan kaku. Dan akhirnya akupun memaksakan untuk membuka
mata. “Airnya masih belum ada juga yah? Aduhh..” rengekku dalam keadaan
setengah sadar. “Iyah iih belum ada gimana atuh mau wudhunya juga?” tembal Teh
Mpi. Akupun menyalakan semua keran air yang tersedia disana, dan tidak ada
setetespun air yang keluar, terus saja aku utak-atik dan aku coba-coba
memperbaiki saluran pipa airnya, akhirnya ada satu keran air yang menyala,
hufftt.. Alhamdulillah.. akhirnya ada air juga. Allah selalu baik pada hambaNya
yang benar-benar punya keyakinan yang kuat untuk mewujudkan sesuatu, karena
Allah tidak pernah lepas untuk melihat setiap perjuangan dari perjalanan hidup
seseorang. Aku langsung memberitahu teman-teman yang lain bahwa mata air sudah
ada. Aku mempersilahkan mereka wudhu untuk terlebih dahulu.
Sehabis
shalat subuh kitapun langsung bergegas menuju ke atas puncak lagi. Dan sekarang
giliran kaka pemandu yang menuju kebawah untuk menjalankan ibadahnya. Ubun,
Yuni, dan Teh Mpi langsung membuka bekal makanannya untuk sarapan, sedangkan
aku hanya mengeksplore disekitar area dengan kamera video yang tersedia
dihandphoneku, tanpa aku memikirkan sarapan pagi ini.
Pagi
ini mentari menyinari alamnya hanya beberapa menit saja setelah itu hilang lagi
tertutup awan hitam yang mendung, namun tak mematahkan semangat pagiku. Kita
semuapun beranjak pergi, tak lupa sebelumnya kita merapihkan kembali tenda
serta membereskan sampah-sampah yang berserakan dimana-mana. Okesipp, semua
bersih lagi seperti semula. Cusss ngeng.. menuju situs batu kasur yang jaraknya
tidak terlalu jauh dari puncak bukit Gn. Kasur ini.
Disetengah
perjalanan menuju situs budaya, aku menemukan seekor anak kucing hitam bercorak
putih yang lucu namun terlihat tak terurus, namanya juga kucing gunung kali yah
jadi dirawatnya sama dia sendiri tanpa ada kucing lainnya yang menemani. Asyik!
Haha.. aku gendong aja tuh anak kucing ampe puncak situs batu kasur, dia cuma
ngeong-ngeong ngga jelas gitu, dikasih makan malah ogah ngga tau pengen apalah,
tapi pas aku usap-usap ku manjain dia sama jemariku dia nampak tenang dan diam,
mungkin kenyamanan seperti inikah yang dia inginkan? Aih lebay.. ternyata
kucing aja bisa ngalay yeh? Hihi.. saat aku ninggalin tuh kucing ditempat waktu
awal aku ngambil eh dia malah ngikut aku coba? Idih tuh kucing udah demen sama
aku kali yah? Haha abis ngikutin sih, dipikir-pikir agak mistis juga yah? Haha
ngawur deh aku, otak horor dasar!
Meresapi
aroma alam disekitar sini membawaku termakan akan nuansa yang berbeda,
terbuangnya jiwa-jiwa kelam, merasakan ketenangan didalam hangatnya mentari
yang ditemani semilir angin menyejukan lara. Aku merasa hidup lagi didalam
kesucian jiwa. Inginkan kesejukan ini kubawa hingga mati, tanpa adanya jerit
pilu dan rintihan kegelapan yang terdengar didalam batin yang retak ini.
“Awas Nde uleeeeeerrr!!!!” Teriak Teh Mpi
“Hah? Uler mana?” kagetku. Semua orangpun kaget. Kaka pemandu yang sudah
berjalan terlebih dahulu dengan cepat menengok kearah belakang “Udah ngga ada,
kebawah tuh ulernya. Tadi pas Nde nginjek tanah itu ulernya langsung keluar
dari tanah gitu” jelas Teh Mpi. Untung aja tuh uler ngga gigit aku, aku hanya
menarik nafas panjang tuk mengatur pernafasanku.
Mengambil
jalan yang berbeda untuk menuju saung tempat persinggahan, mata kita disegarkan
oleh sebuah rumah klasik ala Jawa buatan Jepara dengan arsitektur adat zaman
dulu. Ini sungguh murni, kerenlah dizaman yang udah modernnya minta ampun kek
gini masih aja ada rumah adat yang utuh dan kebersihannya terjaga, sangat
terawat juga meski tidak ada barang-barang yang mencolok atau barang sejarahlah
hanya sebuah rumah kosong tanpa benda, namanya juga mungkin untuk dibudayakan
yah? Tapi kalian tau ngga? Awalnya yeh saat pertama aku liat nih rumah
nganggepnya rumah kosong ngga berpenghuni, kek rumah-rumah horor gitulah..
hahaha abis coraknya jadul banget sih udah gitu dari warnanya gelap kek gada
lampu-lampu pijar gitu.. Eh syukur masih ada pengurusnya dan yang nempatin nih
rumah. Salut dah nyali si ibu sama si bapaknya yang mampu tinggal disini.
Wisss
ini bener-bener ngaprak aku suka aku suka.. udah mah ngelewatin hutan, kebon,
bebatuan, jalan tebing setapak, jalan lika-liku plus bulak-belok, jalan
licin+lembek dan juga yang agak ekstrem ngelewatin anak tangga kayu yang sangat
banyak dan tinggi sekali. Ini yang baru. Seperti kehidupan yang banyak rasanya.
Perjalanan.
Setelah
puas melihat-lihat situs batu kasur ini, kitapun kembali turun dan menuju saung
tempat persinggahan untuk beristirahat makan siang dengan nasi liwet. Hihi
asyik akhirnya makan liwet juga, udah mulai lapeeeeerrrrr!! Kukurubukan nih hehe..
Lah? Dikirain kita bakalan masak dulu buat liwetan. Nahloh kok ini malah
dibikinin sama istrinya penjaga tempat disini sih? Hoho.. Jadi intinya kita
tinggal makan aja gitu? tanpa harus riribeutan masak dulu? Hihi.. yowes tak
apalah ngikut rencana kaka pemandu aja deh, toh udah ada yang ngatur ini hehe..
Ini
ngga salah bikin nasi liwet 1 kastrol gede banget+banyak amat nasinya? Emangnya
bakalan abis? Haha.. Kutuang nasi liwet secentong demi secentong pada daun
pisang untuk alas makan kita, ditambah ikan teri serta sambal ulek yang
menggiurkan. Eeeeemmhhh… sambelnya bikin ngiler gilaaaaa. Nah disinilah
kegalauanku hadir, antara makan sambel atau ngga. Kalo makan sambel pasti
bakalan muntah lewat bawah ngga henti-henti yang ada repot bulak-balik kamar
mandi lagi haduhhh emang dasarnya udah dilarang keras makan yang pedes-pedes
lagi. Tapi apa boleh buat? Tanganku udah gatel buat nyolek tuh sambel dan
yapsss akhirnya sesuatu yang tak ingin terjadi terjadilah haha aku makan
sambelnya, mantep gilaaaaaa pedeeeessss tingkat dewa. Sensasi yang berlebihan
ini, udah keluar dari batas dosis pedas bagiku. Aaaaaahhh… obat mana obat??? Perutku
berontak! Akupun dengan segera meminum obat analgesik untuk meringankan gejala
ini. Yahh gitu efek sampingnya kantuk hoho, udah mah makan liwet disemilir
angin sejuk diterangnya mentari ditambah lagi makannya kan disaung bambu, udah
gitu didepannya banyak ditanami tanaman-tanaman kecil yang baru tumbuh bak
seumur jagung, apalagi udah cacapean gini, lengkaplah sudah mantep kalo buat
ditidurin mah hehe.. Eh aku beneran tidur loh? Lah kirain cuma gogoleran doang,
loh tau-taunya malah bamblas ketiduran, ah dasar ngefek nih pelor (nempel
molor) xixixi..
Setelah
berlama-lama istirahat dan ngobral-ngobrol disaung ini, akhirnya kita pamitan
pulang pada pengurus tempat ini serta menghanturkan banyak terimakasih atas
sajian masakan liwetnya, meskipun sederhana yang penting banyak cinta. Kayak
judul lagu? Toet tetetoet toet tetetoet…. Haha korban acara Tv nih?
“Gudubrug
gudubrug gudubrug Aaaaaa…” gemuruh suara itu terdengar dari arah belakangku
“Ubuuuuunn…” teriakku. “Bun ngga kenapa-kenapa? Ada yang sakit ngga yang mana?
Sepatunya mau diganti sama sandal Nde ngga? Atau carrielnya mau gantian sama
Nde?” tawarku dengan penuh khawatir “Gausahlah Nde makasih” jawabnya simple
dengan raut wajah menyimpan rasa yang tak karuan, meski aku tau betul
sebenarnya Ubun itu merasakan kesakitan yang ia tahan sendiri tanpa memberitahu
yang sesungguhnya pada orang lain.
Sesampainya
di base camp. Aih so base camp atuh? Haha.. Iyah diwarnetnya kaka pemandulah
tempat persinggahan. Aku dan Ubunpun ngikut shalat dzuhur disana sebelum
pulang, iyah biar rada nyanteilah selama diperjalanan menuju pulang. “Kalem we
atuh muni rusuh mau pulang ge” tutur kaka pemandu. Eh bukannya gitu takut kejebak
macet lagi euh ini mah yah.. Setelah semuanya selesai rapi-rapi aku dan Ubun
pun pamit pulang. Kitapun kembali kerumah masing-masing dengan jalan yang
berbeda.
“Hati-hati
dijalannya, kalo ada orang yang ngga kenal ngajak ngobrol jangan diladenin,
soalnya lagi musim hipnotis” kurang lebih gitulah pesan singkat yang ku terima
dari kaka pemandu saat aku berada didalam bis. Haha sumpah aku ngakak banget
baca pesan yang A Utong kirim ke aku itu. Yang ada juga bukan orang laen nyang
ngajak ngobrol aku, tapi malahan aku yang suka duluan ngajak ngobrol orang
laen. Haduhhh.. ada-ada aja ini mah ahh. Karena kalian tidak tau betapa betenya
didalam kendaraan umum selama berjam-jam apalagi ditambah macet parah, meskipun
itu berAC.
TAMAT
Mau tau hasil jeprat-jepretnya?
Mau tau hasil videonyah?
terimakasih sudah melihat dan menonton video absurd saya hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar